Setelah keheningan
malam mulai memecah, seiring dengan sang surya yang mulai merekah. Disisa
hariku di Brunei aku memutuskan untuk kembali menyusuri Kampung Ayer untuk
menyelami lebih dalam kehidupan di kampung itu, sendiri tanpa Mr. Bartek
dikarenakan ia harus melanjutkan perjalananya ke kota Miri. Ketika semalam air
pasang menutup dasar tepi sungai, di pagi hari ini tampak surut sehingga dasarnya
tampak dengan jelas. Ribuan kawanan kepiting bergeliat muncul dari persembunyiannya,
begitu juga halnya dengan kawanan monyet liar yang turun dari hutan seakan
ingin bermain dalam keheningan pagi itu.
Berinteraksi secara
langsung dan mengamati lebih dekat kehidupan di perkampungan ini membuatku
merasakan hal yang berbeda. Kehidupan bersahaja tanpa hiruk-pikuk suara bising
perkotaan dengan keakraban yang hangat. Tak ada yang lebih nikmat duduk santai
selonjoran di tepi jembatan kayu sambil mengamati kehidupan di kampung ini. Tak
perlu harus diburu waktu, aku hanya ingin menikmatinya sesaat dengan penuh
ketenangan. Karena sangat disayangkan jika hanya melihat Kampong Ayer dari
kejauhan tanpa menyusuri eksotisme kehidupan di rumah panggung dan masuk
kedalam lorong kecil yang menjalar disetiap sudutnya.