Salah satu sudut kemegahan Royal Palace di Phnom Penh |
Hatiku masih terus
berdebar-debar dengan hebatnya ketika kembali membayangkan penderitaan pada
korban di Killing Fields dan Tuol Sleng S-21 yang disiksa dengan cara
yang tidak manusiawi sebelum akhirnya dieksekusi secara perlahan dan mati
dengan cara yang mengenaskan. Getaran mesin tuk-tuk yang melaju secara konstan
di jalan raya kota Phnom Penh membuat tubuh ini semakin bergetar karena
perasaan dan hati yang masih berantakan, bergetar hebat dan merinding ketika
merenungkan kedua tempat yang baru saja kami kunjungi itu.
Untuk menghibur hati
kami dan mengisi perut yang sudah mulai berontak kami meminta sopir tuk-tuk
kami untuk membawa ke kedai makanan halal. Karena kami tidak tahu entah harus
kemana akhirnya kamipun menurut saja kemana sopir tuk-tuk ini akan membawa
kami. Lalu dibawalah kami di salah satu restoran India yang menjual sajian
makanan khas Asia Tengah yang terjamin ke halalannya. Walapun aku dan Yayan
tidak terlalu suka masakan India namun tidak ada pilihan lain selain menelan
setiap makanan tersebut demi perut yang lapar