“What's it like to live in a foreign place for long term,
not just visit for a day or week as tourist? We are enjoy living like a local
and explore do more than just see a tourist destination.” Saat pertama kali
backpacking ke negeri ini sebagai turis yang saya hanya tahu ada masjid-masjid
indah dan Kampung Ayer saja yang bisa dikunjungi. Namun setelah memiliki
kesempatan tinggal lebih lama di negeri ini untuk sebuah proyek dan berbaur
dengan orang lokal ternyata ada banyak hal dan aktifitas yang bisa dilakukan di
negeri ini. Banyak fakta menarik yang bisa kami ambil sebagai pelajaran dan
pengetahuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dan pandangan terhadap sebuah kota atau sebuah negeri
umumnya bisa sangat berbeda jika kita lihat dari sudut pandang turis yang hanya
datang sehari dua hari dibandingkan dengan yang datang untuk berbaur dengan
orang lokal dan menyelami kehidupan lebih dalam. Untuk artikel kali ini kami
mau sharing edisi tentang negara Brunei Darussalam dari pengalaman kami saat
tinggal selama kurang lebih 10 bulan di negeri petro dollar ini. Tentunya akan
kami sharing dari sisi sebagai penduduk lokal. Semoga bermanfaat dan
menginspirasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang negeri yang penuh
kedamaian ini.
1. Lalu lintas di Brunei Darussalam
Untuk masalah lalu lintas di ibu kota Brunei Darussalam, kota Bandar Seri Begawan sangat berbanding terbalik dengan Jakarta. Disini terbilang bebas macet, jalan kemana-mana hitungannya cuma hitungan menit. Kalau pergi ke destinasi yang lebih dari 30 menit - 1 jam sudah terbilang agak jauh. Untuk ukuran ibu kota, kotanya terbilang sepi, namun disitulah kelebihannya.
Untuk transportasi umum di jalan raya hanya ada bus umum yang waktu beroperasinya hanya sampai magrib. Interval waktu bus nya pun kisaran 30-60 menit. Yang naik angkutan umum biasanya pendatang atau imigran karena orang lokal rata-rata punya mobil pribadi, masing-masing keluarga umumnya punya lebih dari satu mobil. Ada sih taksi tapi umumnya hanya mudah ditemukan di bandara, di jalan raya sangat jarang dan anggap saja tidak ada. Disini tidak ada transportasi online seperti Uber, Grab, Gojek juga, tapi kamu bisa mencoba transportasi online namanya Dart yang beroperasi di negeri ini, itupun jumlahnya sangat jarang.
Kalau transportasi sungai ada perahu untuk sekedar menyebrang ke
kampung-kampung yang berjarak dekat yang berada di tepi sungai atau jarak jauh
untuk pergi ke distrik lain, misalnya pergi ke Temburong.
2.
Wisata Religi di Brunei Darussalam
Untuk kamu yang beragama islam dan mau merasakan perjalanan
spiritual rasanya Brunei Darussalam bisa masuk dalam daftar destinasi impian.
Ada beberapa masjid dengan arsitektur yang cantik dan megah salah satunya
masjid Ash Shaliheen ini. Kalau masjid yang ini arsitektunya bergaya timur
tengah Maroko yang berakulturasi dengan budaya Melayu. Masjid lainnya yang
paling populer dan menjadi salah satu landmark Brunei Darussalam yaitu Masjid
Omar Ali Saifuddin yang memiliki desain arsitektur yang unik dan megah baik desain
interiornya maupun eksteriornya. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1958
dan menjadi salah satu masjid terindah di Asia Pasifik. Ciri khas dari masjid
ini yaitu di pelataran halamannya terdapat sebuah laguna atau kolam besar dan
bangunan seperti perahu yang mencirikan Kampung Ayer.
Untuk masjid terbesar dan tertua di Brunei Darussalam yaitu
Jame’ Asr Hassanil Bolkiah yang juga dikenal oleh penduduk setempat sebagai
masjid Kiarong. Ciri khas masjid ini selain memiliki desain interior yang megah
juga memiliki desain eksterior yang cantik dengan 29 golden domes nya serta 4
minaret setinggi 58 meter. Umumnya masjid ini digunakan untuk acara-acara
kenegaraan dan kesultanan Brunei Darussalam.
3. Hidup Woles di Brunei Darussalam
Menjalani kehidupan disini waktu seakan melambat, karena pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan kendaraan hanya hitungan menit. Tidak ada kemacetan yang berarti utk ukuran orang' Indonesia. Jalanan agak ramai umumnya jam pulang sekolah aja disaat para orang tua menjemput sendiri anak'nya dari sekolah. Kehidupan setelah jam kerjapun umumnya orang lokal menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah.
Kehidupan bekerja disini pun terbilang santai, mereka
terbiasa datang dan pulang ontime dan menghabiskan waktu bersama keluarga di
rumah. Jadi setelah magrib suasana kota di Brunei menjadi semakin sepi, hening
dan damai. Begitu juga dengan akhir pekan, penduduk setempat disini umumnya
lebih memilih menghabiskan waktu di rumah, sambil nonton atau makan. Biasanya
mereka keluar di akhir pekan di waktu pagi untuk olahraga seperti joging,
treking ke bukit atau main ke car free day.
4.
Negeri Tanpa Pengemis dan Gelandangan
Selama kami tinggal disini, honestly kami tidak pernah
melihat ada pengemis, gelandangan, pengamen, pedagang asongan atau badut'
teletubies dan teman'nya di pinggir jalan raya maupun perempatan lampu merah.
Karena yang kami tahu dari hasil ngobrol dengan rekan' kerja satu project yang
notabene adalah penduduk setempat serta berinteraksi dengan penduduk yang
tinggal di perkampungan-perkampungan hidup mereka terjamin oleh kerajaan.
Salah satu golongan yang (dibilang masuk) kurang mampu
disini yaitu penduduk' yang tinggal di tepi dan bantaran sungai. Itu saja
sebagian besar dari mereka punya rumah lain di daratan yang telah
disediakan/ditawarkan kerajaan untuk ditempati. Walaupun golongan ini tinggal
di bantaran sungai di daratan mereka miminal punya 1 mobil dan rata-rata satu
rumah punya 2 sampai 4 mobil. Dan sebagian dari mereka punya speed boat juga
untuk transportasi di sungai atau untuk bekerja mencari ikan. .
5.
Hari Jumat di Brunei Darussalam
Saat tinggal di negara ini hari Jumat adalah hari favorit
kami. Saya akan menceritakan aktivitas penduduk setempat di hari jumat dimulai
dari pagi hari seperti biasa orang-orang lokal akan mengantar anaknya ke
sekolah, sejalan dengan pergi ke kantor. Sampai kantor di client tempat project
saya bekerja memiliki jadwal rutin setiap jumat pagi diawali dengan pengajian
membaca Surat Yasin, setelah itu kami sarapan bersama dengan cara 'potluck'. Di
hari inilah kesempatan bagus dan salah satu cara mereka bersedekah yaitu
menyediakan makanan. Kalau kalian sudah membaca point sebelumnya pasti tahu
alasannya. Ya karena disini dibilang susah mau sedekah ke siapa? Mengingat
mayoritas penduduk setempat memiliki kehidupan yang layak, terjamin oleh
kerajaan.
Siang hari umumnya juga ada makanan gratis, ini juga hasil
sedekah beberapa orang. Dan setiap hari jumat semua aktivitas diwajibkan/ harus
berhenti yaitu sekitar jam 12 sampai jam 2 siang, termasuk semua toko, kantor,
angkutan umum dan tempat' makan karena sholat jumat. Keadaan jalananpun kosong
khususnya setelah para pria' sudah sampai di masjid untuk melaksanakan shalat
jumat. Dan biasanya saya sholat jumat dekat rumah jadi setelah sholat bisa
makan siang di rumah dan tidur sebentar sampai menjelang jam 2. Targetnya jam 2
dan paling lambat jam 2:15 siang sudah sampai kantor lagi mengingat waktu
tempuh ke kantor yang cepat dan bebas macet.
Jam pulangnya kantor kalo kami harus mengejar jadwal terbang
bisa lebih awal jam 3 sore. Bagian terbaiknya kalo di bulan puasa kerja cuma
1/2 hari. Satu lagi hati juga happy karena sudah membayangkan besoknya weekend
bisa liburan jalan' menjelajah lebih jauh dan dalam negeri penuh kedamaian ini.
6.
Kondisi Jalan Raya dan Pengalaman Mengemudi di Brunei Darussalam
Beriman dan beragama tidak hanya dibuktikan keyakinan hati
dan kata-kata. Setiap orang yang beragama harus membuktikan dengan menunjukan
perilaku yang mencerminkan keyakinan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini lah yang kami resapi selama tinggal di Brunei Darussalam. Mereka menunjukan
islam yang sesungguhnya bagi kami, salah satu contoh sederhananya di jalan
raya. Mengapa? Karena salah satu perilaku beragama (dalam hal ini islam karena
sedang di Brunei) bisa kita lihat dari bagaimana seorang individu ketika berada
di jalan raya.
Di jalan raya Brunei semua pengendara mengemudi dengan
sopan. Lampu dim atau klakson yang mengintimidasi tidak pernah kami temui
selama tinggal disini. Penduduk lokal disini mengemudi dengan tertib dan sabar,
sangat jarang bahkan hampir tidak pernah melihat orang lokal yang
berpindah-pindah jalur seenaknya tanpa lampu sen atau mendahului dengan cara
yang tidak sopan. Yang ada mereka akan tetap sabar di jalur yang sama walaupun
jalur-jalur di sebelahnya kosong melompong.
Pengalaman di negara sendiri ketika di persimpangan jalan
walaupun sudah kasih lampu sign tapi susah banget dapat jalan, di Brunei yang
ada saling berlomba-lomba berbuat kebaikan, saling ngalah dan memberi jalan.
Begitu juga halnya untuk pejalan kaki, ketika ada yang hendak menyebrang
pengemudi akan berhenti dan memberi prioritas jalan pada pejalanan kaki.
Walaupun pejalan kaki masih jauh di seberang.
Ketika di lampu merah pengemudi semua tertib, ketika lampu
berubah menjadi kuning atau merah sudah dapat dipastikan semua akan tertib dan
jujur untuk berhenti. Honestly, pengalaman berkendara selama kami tinggal di
Brunei sangat menyenangkan. Kami dilatih untuk tertib, sabar, jujur pada diri
sendiri dan mengamalkan ajaran agama (islam) untuk mentaati peraturan dan
berperilaku baik terhadap sesama orang yang kami temui di jalan.
Note to my self, Sudahkah perilaku kamu di jalan
mencerminkan agama/keyakinan mu?
7.
Life after sunset in Brunei Darussalam
Kehidupan di Brunei setelah senja sangat hening dan terasa
begitu damai. Ketika langit mulai gelap dan adzan magrib berkumandang sebagian
besar penduduk lokal sudah sampai di rumah untuk sholat berjemaah atau pergi ke
masjid-masjid terdekat. Kehidupan duniawi dan surgawi terasa seimbang. Kualitas
waktu bersama keluarga pun seimbang dengan waktu yang dihabiskan untuk bekerja.
8.
Akhir pekan di Brunei Darussalam, Ada bukit untuk treking di tengah kota!
Saat tinggal di kota ini saya pernah mengisi waktu akhir
pekan dengan treking di Taman Tasek atau di Bukit Shah Bandar bersama
teman se-project dan orang-orang lokal Brunei. Untuk Taman Tasek jalur trailnya
berbentuk bukit dan lembah yang bisa dinikmati di tengah/pusat ibu kota Bandar
Seri Begawan Udara, Brunei Darussalam. Sedangkan untuk Bukit Shah Bandar
lokasinya agak jauh dari pusat kota karena berada di area Jerudong. Kedua
tempat ini memiliki jalur treking yang menantang dengan beberapa pilihan jalur
yang dapat kamu pilih sesuai kemampuan, ada jalur yang jauh ada jalur yang
dekat. Keduanya memiliki kesamaan lingkungan sekitar yang hijau dengan udara
yang segar serta pemandangan yang menghijau dan alami. Ini adalah salah satu
tempat yang layak untuk dikunjungi apabila kamu sangat suka beraktifitas diluar
ruangan, berolahraga sembari menikmati hijaunya perbukitan.
9.
CFD Bandar Seri Begawan
Aktifitas lain yang tidak boleh dilewatkan di akhir pekan
yaitu kamu bisa bergabung dengan keseruan penduduk setempat yang menghabiskan
waktu untuk berolahraga dan bermain di Car Free Day yang ada di sekitar kawasan
Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saiffudin yang lokasinya tidak jauh dari terminal
bus Bandar Seri Begawan dan Masjid Ali Omar Saiffudin. Disini kamu juga bisa
menikmati beragam kuliner di sepanjang Jalan Pemancha. Ini adalah tempat yang
paling menyenangkan untuk bertemu orang lokal.
10.
Bulan Ramadhan dan Wisata Religi di Brunei Darussalam
Untuk merasakan kedamaian yang lebih HQQ cobalah berkunjung
di bulan ramadhan. 'ADEM' BANGET. Sedikit cerita tentang pengalaman kami
melewati 1 bulan ramadhan di negara ini sungguh menjadi pengalaman yang
mententramkan hati dan menyenangkan. Gimana ngga menyenangkan, jam kerja disini
pas bulan puasa masuk jam 8 pagi, jam istirahat siang bisa balik rumah dulu
untuk 1 jam tidur siang, (kalau orang lokalnya antar jemput sekolah anak'nya,
sekolah 1/2 hari). Terus jam kerjanya cuma sampai 1/2 4 sore. Jadi sebelum
ashar sudah sampai rumah lagi. Itu untuk hari senin sampai kamis ya, kalau hari
jumat kerjanya cuma 1/2 hari. Jadi sebelum sholat jumat sudah di rumah. Terus
hari pertama bulan puasa libur, pas malam Nuzurul quran ramadhan ke 17 juga
libur.
Jadi bulan ramadhan disana benar-benar bisa dimanfaatkan
untuk beribadah dan waktu untuk keluarga. Kalo hidup seimbang, pikiran dan
hatipun damai. Terlebih lagi jalanan disini ngga macetnya. Hitungan menit
sampai. Hampir berbanding terbalik kan dengan Indonesia khususnya Jakarta?
11.
Kuliner di Bulan Ramadhan
Rasanya salah satu waktu terbaik untuk mengunjungi negeri
Brunei Darussalam adalah ketika di bulan ramadhan karena di beberapa tempat
terdapat pasar ramadhan yang menjual beragam sajian kuliner dan makanan. Di
saat inilah kamu dapat mencoba makanan terenak di Brunei Darussalam di satu
tempat saja. Pengalaman kami saat Ramadhan di Brunei Darussalam tempat terbaik
untuk membeli makanan buat berbuka yaitu Pasar Ramadhan di dekat Stadion
Sepakbola Brunei Darussalam, Pasar Ramadhan di Lapangan seberang Royal Regalia
Museum yang tidak jauh dari Terminal Bus Bandar Seri Begawan, di sepanjang
jalan Pemancha Taman yang dekat dengan Lapangan Haji Sir Muda Omar Ali
Saiffudin serta tentu saja di Pasar Gadong.
12.
Pantai di Brunei Darussalam
Penduduk setempat menyebutnya Pantai Serasa, dan kami menyebutnya pantai (yang)
serasa milik sendiri. Karena kami datang di tengah hari hingga menjelang sore,
bener' kami bertiga aja yang ada di pantai ini. Selain karena Brunei memang negara
yang terbilang sepi, alasan lain umumnya penduduk setempat kalo main ke pantai
itu di sore hari atau hanya saat ada hari libur/tanggal merah tertentu.
Beberapa pantai yang ada di Brunei terbilang sangat dekat
dengan pusat kota diantaranya pantai Jerudong dan pantai Tungku. Menyetir sendiri
mengikuti GPS dalam hitungan 20-40 menit sudah bisa sampai pantai yang alami.
Dan pantai Serasa ini adalah salah satunya. Main ke pantai adalah salah satu
hiburan kami saat project di Brunei, entah untuk sekedar makan siang ala piknik
atau menikmati sunset.
13.
Ada Kampung di atas Air terbesar di Asia
Selain wisata religi salah satu tempat yang bisa kamu
kunjungi ketika liburan ke Brunei Darussalam yaitu Kampung Ayer yang terletak
di Bandar Seri Begawan. Kampung ini merupakan kampung air terbesar di Asia yang
juga merupakan salah satu jalur perdagangan terpenting di Borneo. Tidak kurang
dari 30,000 penduduk tinggal dalam beberapa daerah di perkampungan ini.
Sebagian besar kehidupannya dilakukan diatas air dengan menggunakan perahu
dimana daerah ini dikelilingi sungai diantara bangunan dan jembatan kayu.
Tempat ini dijuluki juga sebagai Venice Timur karena menyerupai Venice di
Itali, bedanya bangunan-bangunan di perkampungan ini sebagaian besar terbuat
dari kayu dan sebagian besar lainnya sudah dibuat dengan beton dan semen.
Untuk bisa mencapai tempat ini kita bisa naik perahu dari
beberapa dermaga yang ada di pusat kota Bandar Seri Begawan. Untuk sekedar
menyebrang dengan perahu ongkosnya yaitu 1 Dollar Brunei sekali jalan.
14.
Imigran di Brunei Darussalam
Kalo berbicara tentang imigran di Brunei Darussalam, bisa
dikatakan di dominasi oleh orang Filipina, Malaysia, Indonesia dan sedikit
orang dari asia tengah dan timur tengah. Ada juga bule' dari negeri barat yang
umumnya bekerja di bagian perminyakan, salah satunya yaitu Shell yang memang
bekerja sama dengan Kerajaan.
To be fair, untuk imigran dari Indonesia karena kalah
kemampuan dalam bahasa Inggris, jadinya sebagian bekerja sebagai pramuniaga di
toko, kedai atau restoran, pengemudi, pertukangan, karyawan swasta di
manufaktur. Namun tentu ada juga imigran profesional yang bekerja sebagai
engineers di sektor formal.
15.
Banyak Warung Indonesia
Yang perlu kamu ketahui disini ada banyak warung Indonesia yang bisa ditemukan
di Brunei Darussalam. Hal ini dikarenakan banyak imigran dari Indonesia serta
ada juga orang Indonesia yang telah berubah warga negaranya menjadi orang
Brunei setelah menikah dengan penduduk setempat. Warung Indonesia bisa kamu
temukan di sekitar Terminal Bus Bandar Seri Begawan serta di Sekitar Pertokoan
Kiulap
16.
Ada Kuil/ Klenteng di Brunei Darussalam
Walaupun Brunei adalah negara kerajaan yang bersyariat islam namun tepat
mengakui dan memberikan ruang kepada umat agama lain yang dipeluk oleh penduduknya.
Hal ini bisa kita lihat ada sebuah kuil yang bernama Teng Yun Temple atau
dikenal juga dengan nama Twa Pa Kung Temple yang terletak di jalan Kianggeh,
tepat di seberang pasar tradisional Tamu Kianggeh. Jika kamu mau kesini bisa
diakses dengan berjalan kaki dari Terminal Bus Bandar Seri Begawan.
17.
Gereja dan Suasana Natal di Brunei Darussalam
Ketika project di Brunei Darussalam saya memiliki rekan kerja yang juga sahabat
yang beragama kristiani. Beberapa kali saya di waktu akhir pekan saya
mengantarnya ke gereja untuk beribadah di gereja yang lokasinya tidak jauh dari
Tamu Selera. Ada 2 gereja disini yaitu Gereja Anglican St Andrew dan satu lagi
gereja untuk Katolik yaitu Our Lady of Assumption yang gerejanya tepat di
seberang Gereja Anglican St Andrew.
Pernah juga saya mengantar sahabat saya tersebut ke gereja
untuk beribadah natal pada tanggal 25 Desember. Dia cerita kepada saya
suasananya hampir sama dengan ibadah gereja pada akhir pekan, hanya saja ada
ornamen natal yang membuat dekorasi di dalam gereja sedikit lebih meriah yang
membawa suasana natal menjadi lebih terasa. Hal ini dikarenakan untuk di Brunei
sendiri bisa dikatakan tidak ada ornamen natal atau tahun baru sama sekali di
gedung-gedung maupun pusat perbelanjaan.
18.
Suasana Tahun baru di Brunei Darussalam
Di saat mengerjakan sebauh project IT di negeri ini saya pernah memiliki
pengalaman untuk merasakan suasana tahun baru di Brunei Darussalam. Negeri yang
menjalankan syariat islam ini di saat menjelang pergantian tahun dan pada saat
malam tahun barunya tidak ada gegap gempita keramaian orang maupun perayaan
kembang api yang besar. Ada sih satu dua kembang api tapi itu hanya personal
saja dan bisa dikatakan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Penduduk setempat disini
merayakannya dengan cara yang lebih berkualitas yaitu makan malam bersama di
rumah dengan Barbeque, makan bersama di restoran atau warung makan bersama
kemudian menjelang pergantian tahun baru pulang ke rumah untuk menikmati
pergantian tahun dalam keheningan yang penuh rasa syukur dan waktu berkualitas
bersama keluarga.
19.
Taman Nasional Ulu Temburong di Brunei Darussalam
Di Brunei bukan hanya
ada masjid yang megah. Setelah melewati sungai yang mengalir di perbatasan 2
negara Brunei dan Malaysia dengan perahu selama 1 jam, lanjut perjalanan darat
sejauh puluhan kilometer, nyambung lagi dengan perahu kecil menyusuri sungai
menuju ke dalam Taman Nasional Ulu Temburong selama puluhan menit, lanjut
hiking/treking ke dalam hutan sejauh beberapa kilometer, manjat tower setinggi
42 meter/21 lantai dan finally bisa sampai ke Canopy Walk tertinggi di negara
Brunei ini. Perjuangan yang layak untuk bisa menikmati pemandangan hutan yang
masih alami ini.
Salah satu hal yang bisa dilakukan di taman nasional Ulu
Temburong Brunei Darussalam yaitu river tubing dengan ban menyusuri sungai
Temburong yang masih sangat alami, bersih dan segar. Dengan pemandangan kedua
sisinya masih hutan alami menambah sensasi petualangan yang luar biasa.
20. Traditional Bruneian cuisine experience.
Pada saat kami sempat tinggal di negeri ini, kami sempat mencoba Ambuyat,
makanan khas Brunei Darussalam. Kalo di Maluku dan Papua bubur sagu ini dikenal
dengan nama Papeda. Paling enak memang disajikan dengan ikan dan sambal.
Sebenarnya secara cita rasa masakan Brunei ini sama seperti hidangan Nusantara
dan Melayu, dan kini banyak juga dijumpai akulturasi dari negeri Tiongkok, Asia
Tengah dan Timur Tengah.
Untuk detail tips dan panduan traveling/ liburan ke negeri
Brunei Darussalam ini kami tulis dalam artikel terpisah di blog ini ya. Semoga
setiap postingan kami bermanfaat dan menginspirasi.
Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer
twitter account @travelographers and tiktok @travelographers
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya.
Salam Pejalan.
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya.
Salam Pejalan.
No comments:
Post a Comment