Pages

Sunday, May 30, 2021

Asia Overland. Berkunjung ke Tamu Kianggeh, Pasar Tradisional di Bandar Seri Begawan

Merasa sudah cukup menjelajahi Kampung Ayer, akupun penasaran untuk mendatangi pasar tradisional yang diceritakan ibu Dini. Dari perkampungan ini dengan perahu kayu bermesin yang merupakan alat transportasi utama aku membaur dengan penduduk lokal menuju ke pasar, ongkosnya pun harga lokal yaitu 1 Ringgit untuk sekali penyebrangan.
Aroma pasar selalu spesial di hidungku, hari itu suasana di pasar tampak begitu ramai dipadati penjual dan pembeli yang berjumpa untuk melakukan transaksi. Dari beberapa penjual yang kulihat, tampaknya merekapun hidup cukup, hal ini dapat kulihat dari model telepon genggam yang mereka pegang dengan layar sentuh model terkini, bahkan beberapa di antaranya tampak mengenakan beberapa gelang emas berukuran besar yang melingkar di pergelangan tangan mereka. 

Thursday, May 27, 2021

Asia Overland. Sepenggal Kisah Pendatang di Venice Timur

Setelah keheningan malam mulai memecah, seiring dengan sang surya yang mulai merekah. Disisa hariku di Brunei aku memutuskan untuk kembali menyusuri Kampung Ayer untuk menyelami lebih dalam kehidupan di kampung itu, sendiri tanpa Mr. Bartek dikarenakan ia harus melanjutkan perjalananya ke kota Miri. Ketika semalam air pasang menutup dasar tepi sungai, di pagi hari ini tampak surut sehingga dasarnya tampak dengan jelas. Ribuan kawanan kepiting bergeliat muncul dari persembunyiannya, begitu juga halnya dengan kawanan monyet liar yang turun dari hutan seakan ingin bermain dalam keheningan pagi itu.
Berinteraksi secara langsung dan mengamati lebih dekat kehidupan di perkampungan ini membuatku merasakan hal yang berbeda. Kehidupan bersahaja tanpa hiruk-pikuk suara bising perkotaan dengan keakraban yang hangat. Tak ada yang lebih nikmat duduk santai selonjoran di tepi jembatan kayu sambil mengamati kehidupan di kampung ini. Tak perlu harus diburu waktu, aku hanya ingin menikmatinya sesaat dengan penuh ketenangan. Karena sangat disayangkan jika hanya melihat Kampong Ayer dari kejauhan tanpa menyusuri eksotisme kehidupan di rumah panggung dan masuk kedalam lorong kecil yang menjalar disetiap sudutnya.

Monday, May 24, 2021

Asia Overland. Menjelajah Kampung Air Terbesar Di Dunia di Brunei Darussalam

Suasana Kampung Ayer di Brunei Darussalam

Siapa yang tidak kenal dengan keindahan dan romantisme Venice di Itali?. Mungkin sebagian besar orang sudah tahu mengenai sebuah kota eksotik di Italia yang dikenal juga sebagai kota di atas air ini. Tapi bagaimana dengan Venice Timur? Kamu sudah tahu?. Adalah Kampung Ayer yang memiliki karakteristik yang sama dengan Venesia yang membuatku berimajinasi tentang Venesia ketika menjelajahi kampung yang terletak di pesisir sungai Brunei. Sebagian besar kehidupan di kedua kota ini dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu dimana kota tersebut dikelilingi kanal atau sungai di antara bangunan.
Jika itu dianggap terlalu berlebihan analoginya, bisa dikatakan Kampong Ayer adalah versi tradisionalnya dengan kehidupan yang merakyat. Tak heran kampung ini dijuluki sebagai Venice Timur sejak dahulu kala. Kampung ini merupakan kampung air terbesar di dunia yang juga merupakan salah satu pusat perdagangan terpenting di kawasan pulau Borneo. Dan tak kurang dari tiga puluh ribu penduduk tinggal dalam beberapa daerah perkampungan ini. 

Friday, January 15, 2021

Sensasi Naik Canopy Walk Tertinggi di Taman Nasional Ulu Temburong di Brunei Darussalam, Begini View nya!

Canopy Walk Tertinggi di Brunei Darussalam

Visit green jewel of Brunei Darussalam. Standing on top of the hill, i could see 50,000 hectares of pristine rainforest. At this highest point, i was not only seeing the greenery but could also smell the freshness, a gift from Nature. Di Brunei Darussalam bukan hanya ada masjid yang megah. Setelah melewati sungai yang mengalir di perbatasan 2 negara Brunei dan Malaysia dengan perahu selama 1 jam hingga sampai kota Bangar, lanjut perjalanan darat sejauh puluhan kilometer menuju dermaga perahu kayu di Batang Duri, menyambung lagi dengan perahu kayu kecil selama belasan menit menyusuri sungai menuju ke dalam Taman Nasional Ulu Temburong yang menjadi satu-satunya akses masuk ke dalam hutan, lanjut hiking dan treking ke dalam hutan sejauh beberapa kilometer, kemudian dilanjutkan dengan memanjat tower setinggi 42 meter setara dengan 21 lantai dan finally bisa sampai ke Canopy Walk tertinggi di negara Brunei ini. Perjuangan yang layak untuk bisa menikmati pemandangan hutan yang masih alami dengan udara yang begitu segar seperti ini.
Kami mengunjungi Canopy Walk ini di hari kedua ketika bermalam di Ulu Ulu Resort yang ada di dalam kawasan hutan dan Taman Nasional Ulu Temburong. Setelah sholat subuh dan sarapan saya bersama teman-teman seperjalanan baik orang lokal Brunei maupun rekan kerja satu project di Brunei Darussalam melakukan treking ke dalam hutan. Dikarenakan kami hendak menikmati suasana pagi dan matahari terbit maka kami sudah mulai jalan ke dalam hutan ketika langit masih gelap. Untuk membantu melihat jalur setiap kelompok wajibkan untuk membawa alat bantu penerangan seperti senter, hal ini penting karena di pagi hari jalurnya masih licin karena basah sehingga kami harus melihat dengan baik jalan yang ingin kami pijak.