|
Salah satu kuil di Chiang Mai, Thailand |
Dalam satu jalur yang
sama menuju kuil Wat Phrathat Doi Suthep ini, mataku tertuju pada sebuah
petunjuk menuju air terjun Huay Keaw. Karena penasaran akupun menepikan motorku
di pelataran parkir yang tidak seramai dengan kuil Wat Phrathat Doi Suthep.
Untuk masuk kawasan ini tidak dikenakan biaya atau gratis, dan jarak air terjun
dari pintu masuk sangat dekat hanya dua puluh meter dengan berjalan kaki. Air
terjun ini merupakan salah satu tempat rekreasi keluarga penduduk lokal,
terlihat beberapa keluarga yang sedang berkumpul beralaskan tikar dengan
makanan yang di tempatkan dirantang yang mereka bawa sendiri dari rumah.
Beranjak meninggalkan
air terjun Huay Keaw, aku melajukan motorku untuk menuju kebun binatang Chiang
Mai. Dalam batinku rasanya ini kebun binatang pertama yang kusinggahi ketika
melakukan perjalanan di luar negeri, hal ini bukan tanpa alasan namun karena di
kebun binatang ini terdapat binatang panda dari China yang seumur-umur belum pernah
kulihat secara langsung dengan mata kepalaku sendiri. Karena penasaran akhirnya
akupun mencoba masuk ke kebun binatang itu untuk melihat hewan yang bulat dan
lucu tersebut.
|
Pintu masuk ke air terjun Huay Keaw, Chiang Mai Thailand |
|
Air terjun Huay Keaw, Chiang Mai Thailand |
|
Air terjun Huay Keaw, Chiang Mai Thailand |
Sesaat memasuki area
parkiran sepeda motor, seperti biasa aku dikira salah satu petugas keamanan
sebagai orang lokal. Ia menghampiriku dan berbicara dengan bahasa Thailand
seraya menunjukan tempat parkir motor dengan bahasa tubuhnya, dengan membalas
senyumnya aku langsung mengeluarkan pecahan uang Bath besar untuk langsung
membayar karcis masuk untuk sepeda motor, dan dari kembaliannya setelah ku
hitung-hitung aku mendapatkan tiket masuk harga lokal.
Setelah parkir, akupun
langsung menuju ke loket pintu masuk dan melihat harga tiket masuk ke kebun
binatang ini. Aku sempat ragu untuk masuk ketika melihat perbedaan harga tiket
masuk yang cukup significant antara
orang asing dengan penduduk lokal, bedanya sekitar lima kali lipat dari harga
lokal. Rasanya kurang worth it hanya
untuk melihat panda aku harus mengeluarkan 500 Bath. Tapi sayang juga jika
sudah sampai disini kemudian dilewatkan begitu saja, gumamku dalam hati.
|
Pintu masuk ke Chiang Mai Zoo, Thailand |
Hmm.. insting liarku
mengatakan, sama halnya ketika saat masuk untuk parkir motor yang menjadi orang
lokal, akupun kembali menyerahkan uang pecahan Bath yang besar seribu Bath
sembari memberikan tanda tangan telunjuk ku yang berarti membeli satu tiket,
petugas bertanya dalam bahasa Thailand dan aku hanya membalas dengan senyuman.
Diserahkannya selembar tiket dengan uang kembalian sejumlah 900 Bath yang
berarti aku dikenakan harga tiket orang lokal seharga 100 Bath. Ya Tuhan,
apakah aku berdosa karena melakukan tindakan ini? Batinku dalam hati.
Aku mulai masuk ke
dalam kebun bintang dengan pemandangan yang asri yang ditumbuhi pepohonan.
Dalam perjalananku mengikuti arah ke kandang penelitian panda, setidaknya ada
beberapa jenis binatang yang baru pertama kali ku lihat secara langsung yaitu
burung flamingo asal Afrika yang berbulu pink serta binatang pemalu yang
menggemaskan asal Australia yaitu koala. Aku berjalan mengikuti petunjuk yang
ada hingga mencapai tujuan awal ku yaitu kandang panda.
|
Burung Flaminggo di Kebun Binatang Chiang Mai Zoo |
|
Kandang Jerapah di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Kandang burung unta di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Kandang Koala di Chiang Mai Zoo, Thailand |
Haah? Bayar lagi? Aku
menggerutu ketika mengetahui untuk masuk ke tempat penelitian panda harus
membayar tiket tambahan lagi, untuk foreigner
sebesar 100 Bath sedangkan orang lokal dikenakan setengah harga. Untuk main
aman pada saat membeli karcis tersebut aku memberikan selembar yang 100 Bath
kepada petugas sembari menebar senyum dan memberikan bahasa tubuh dengan jari
telunjukku untuk mengatakan satu tiket.
|
Menuju Pintu Masuk Kandang Panda, Chiang Mai Zoo |
|
Loket tiket masuk ke Kandang Panda di Chiang Mai Zoo, Thailand |
Petugas tersebut
kemudian menyodorkan selembar tiket masuk dan selembar uang 50 Bath sebagai
uang kembalian. Dalam batinku aku mengatakan lagi-lagi aku bisa berhemat karena
dengan adanya uang kembalian berarti aku dikenakan tiket masuk dengan harga
orang lokal. Namun dalam hati ini mulai memberontak, haruskah aku jujur untuk
mengembalikan uang kembali ini?
|
Pintu Masuk ke Kandang Panda di Chiang Mai Zoo |
|
Petunjuk untuk mematikan flash di dalam kandang Panda |
Aku mulai memasuki area
penelitian panda dengan menyusuri lorong bernuansa oranye yang dihiasi
pohon-pohon bambu. Setiap pengunjung yang datang ke tempat ini dilarang untuk
memotret menggunakan lampu flash
karena dapat menggangu panda, oleh karena itu setiap kamera yang dibawa akan
direkatkan isolasi berwarna hitam pada bagian flash-nya. Memasuki ruangan panda, temperature udara menjadi lebih
dingin, hal ini untuk menyesuaikan dengan habitat asli panda. Namun sayangnya
panda itu berada di balik kubah kaca sehingga aku hanya dapat melihatnya dari
kejauhan.
|
Pintu Masuk ke Kandang Panda di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Panda yang ada di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Panda yang ada di Chiang Mai Zoo, Thailand |
Setidaknya ada beberapa
panda yang berada di tempat ini yang semua pandanya diberi nama dalam bahasa
China. Ada yang diberi nama Chuang Chuang, Lin Ping, Lin Hui, Ei Mei, Rau Hin,
Ai Hin, Mei Hin, Ei Hin. Membaca nama-nama panda itu membuatku membayangkan
nama-nama prajurit di film-film kolosal kerajaan Tiongkok. Beberapa nama panda
yang terpasang di bagian informasi sebagian telah dilepas ke habitat aslinya.
Dan dua panda di antaranya yang bernama Chuang Chuang dan Lin Hui merupakan
pemberian pemerintah China kepada Thailand yang dipinjam untuk keperluan
penelitian dan pengembang-biakan panda yang mulai terancam punah ini. Tak dapat
dipungkiri dengan keberadaan panda yang kini menjadi maskot kebun binatang
Chiang Mai membuat kunjungan wisatawan ke kebun binatang ini meningkat secara significant.
|
Panda yang ada di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Panda yang ada di Chiang Mai Zoo, Thailand |
|
Panda yang ada di Chiang Mai Zoo, Thailand |
Kebun binatang Chiang Mai
setidaknya memberikan alternatif tempat untuk melihat binatang panda selain di
negeri asalnya China. Memang secara jumlah tentunya tak sebanyak yang di pusat
konservasi di China namun setidaknya sebelum ada budget ke China, di kota ini aku bisa melihat dari dekat panda di
depan mata.
Setelah menjawab
penasaranku akan binatang panda, aku kembali melanjutkan perjelajahan menyusuri
kota Chiang Mai untuk lebih menyelami kota itu. Terik matahari tak membuatku
harus terhenti menyusuri setiap kuil yang aku lewati dan berjalan menyusuri
sudut kota peninggalan kerajaan Lanna yang berdiri di area ini. Untuk
melindungi dan mempertahankan kota tua ini pemerintah setempat membuat
kebijakan untuk melarang pembangunan gedung pencakar langit pada area tertentu,
hal ini terlihat dari tidak adanya gedung tinggi di wilayah kota yang
dikelilingi tembok tua.
|
Salah satu kuil di Chiang Mai, Thailand |
|
Salah satu kuil di Chiang Mai, Thailand |
|
Salah satu kuil di Chiang Mai, Thailand |
Siang itu terasa panas dan aspal bagai menguap, dan di tengah terik matahari di siang ini
membuatku harus mandi dengan keringatku sendiri. Berhubung waktu sudah menunjukan waktu zuhur akupun mampir ke sebuah masjid di Chiang Mai untuk senantiasa berdoa untuk kelancaran perjalanan sekaligus istirahat sejenak untuk berteduh dari teriknya matahari diluar.
|
Salah Satu Masjid di Kota Chiang Mai Thailand |
|
Salah Satu Masjid di Kota Chiang Mai Thailand |
|
Salah Satu Masjid di Kota Chiang Mai Thailand |
|
Salah Satu Masjid di Kota Chiang Mai Thailand |
Setelah selesai sholat aku kembali memacu laju sepeda motorku
dengan kecepatan sedang membelah jalan yang sepi dan menyusuri setiap sudut
kota. Ckiiittt.. Braaaakk! Di
tengah perjalanan, tubuhku terhempas dan terjerembab mencium aspal yang panas
di siang hari itu. Di sebuah persimpangan jalan itu aku dikagetkan dengan
keberadaan tuk-tuk yang berada dihadapanku yang tiba-tiba berbelok arah ke
kanan sesaat aku mau menyalipnya. Aku jatuh terpelanting dari motor yang
kuinjak remnya dengan keras secara mendadak kemudian kehilangan keseimbangan
dan tersungkur ke jalan raya. “Arrrgghhh!, dasar tuk-tuk!, gw kira cuma bajaj
di Jakarta aja yang suka belok seenaknya!” Aku mengumpat dalam hati dan
merintih kesakitan.
Aku segera mengangkat
tubuhku yang terjatuh dan menyeret motor yang tiba-tiba tidak bisa di starter untuk dibawa kepinggir jalan
sejenak agar tidak menggangu lalu lintas saat itu. Siang itu untungnya kondisi
jalanan begitu lengang dan sepi, tak dapat kubayangkan apabila di belakangku
ada kendaraan lain yang mungkin bisa membuat lukaku bertambah parah.
Seorang perempuan paruh
baya yang kebetulan melihat kejadian itu datang menghampiriku. Dalam bahasa
Thailand sepertinya dia menanyakan apakah aku baik-baik saja dan
mempersilahkanku untuk duduk sejenak di depan warungnya. Aku membalasnya dengan
senyum dan mengatakan aku baik-baik saja. Kunaikan standar tengah motorku dan
kemudian aku cek apa saja yang rusak. Tampak beberapa lecet kecil di bagian spakboard depan dan footstep bagian kiri menjadi bengkok.
Dengan kakiku, aku
tendang berkali-kali footstep
tersebut agar bisa lurus kembali dan sedikit memperbaiki pijakan persneling
yang juga sedikit bengkok. Auuwwww!, kakiku terasa keram. Aku gulung celanaku
untuk melihat seberapa parah luka ku, tampak ada memar luka dalam bewarna
kemerahan dilututku akibat tergores dengan aspal ketika terjatuh tadi. Jempol
kaki kiriku yang sempat tertimpa motor membuat rasanya nyut-nyutan. Aku yakin
kaki ini sedikit terkilir yang membutuhkan krim atau pijatan untuk meringankan
rasa sakit ini.
“Ya Tuhan, mengapa ini
terjadi kepadaku? Apakah Engkau marah kepadaku?” Batinku dalam hati. Namun
kejadian ini langsung membuatku merenung dan bercermin merefleksikan diri
dengan apa yang telah aku lakukan. Aku langsung teringat kembali
kata-kata guru pengajianku, semua terjadi karena
suatu alasan.
Mungkinkah ini hukuman untukku yang tidak jujur ketika di kebun binatang tadi?
Rasanya ini hanyalah
peringatan kecil saja dari Nya. Untung saja aku sedang memakai sepatu tertutup,
jaket dan celana kargo yang cukup tebal bahannya yang melindungiku dari luka yang
lebih parah. Rencana perjalananku masih panjang ke depan. Andai saja lukaku
parah, mungkin aku harus berdekam di rumah sakit dulu hingga sembuh baru bisa
melanjutkan perjalananku. Namun Tuhan masih sayang denganku, walaupun terluka
aku masih bisa kembali ke guesthouse
untuk menyembuhkan luka ku dan bersih-bersih badan yang berkeringat karena
cuaca yang terik dan lelah mendorong motor yang sempat mogok ini.
|
Bandara Internasional Chiang Mai, Thailand |
|
Pesawat Air Asia terbang membawaku terbang dari Chiang Mai kembali ke Bangkok Thailand |
Tuhan masih sayang
denganku, aku masih dapat berjalan walau tergopoh-gopoh dan menyeret langkah kakiku
ke bandara untuk mengejar connection
flight ku ke Vietnam dengan tiket promo yang kuperoleh setahun yang lalu.
Kota ini mengajarkanku untuk lebih berhati-hati saat di perjalanan di kota-kota
berikutnya dan senantiasa berbuat jujur dalam setiap perjalananku.
"Selingan iklan"
|
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi
detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram
@travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
Baca Artikel Tentang Thailand lainnya disini
#Cross Border : Dari Kuala Lumpur Malaysia ke Hatyai Thailand Selatan
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya.
Salam Pejalan.
Perjalanannya menarik & panda nya lucu hehe
ReplyDeleteterima kasih lombok wander hehe. salam pejalan
Delete