Pages

Saturday, February 24, 2018

Asia Overland. Menjelajah Doi Inthanon, Titik Tertinggi di Negeri Thailand

Keindahan 2 Chedi Doi Inthanon di Thailand
“Hari ini kita rencana kemana Her?” Tanya Yayan yang tengah mengaitkan kancing kemeja panjang flannel nya yang berwarna biru.
“Belum tau Yan enaknya kemana, yang gw tau cuma ada kuil Doi Suthep. Nanti dibawah kita bisa minta peta sama rekomendasi tempat yang bagus untuk dikunjungi ke Pak Jojo.” Jawabku ke Yayan yang sudah berpakaian rapih dan sudah siap untuk berpetualang.
“Terus, kita naik apa Bang Her?” Tanya Novel yang juga sudah rapih mengenakan kaos berwarna kuning.
“Rencananya kita sewa motor aja, bisa pesan lewat penginapan ini aja.” Jawabku kepada Novel.
Di hari kedua di Chiang Mai kami belum tau mau menjelajah tempat yang mana terlebih dahulu, namun yang pasti semalam teman seperjalanan kami Mr. Branco & Mrs. Dione telah berpamitan dengan kami karena mereka hendak pergi ke kota lain yaitu Pai yang lokasinya dekat dengan perbatasan Myanmar.
Perjalanan panjang dengan sepeda motor dari Chiang Mai ke Doi Inthanon
Ketika kami menyewa sepeda motor dari Pak Jojo beliau merekomendasikan kami untuk mengunjungi Doi Inthanon. Dan rencanapun berubah yang awalnya kami hanya tau ada kuil Doi Suthep yang menjadi salah satu lanskap utama kota Chiang Mai, tetapi setelah mendapat rekomendasi dari Mr. Jojo mengenai Doi Inthanon membuat kami berubah pikiran.
Doi Inthanon adalah sebuah taman Nasional yang terdapat bangunan dua chedi/ stupa besar untuk Raja dan Ratu Thailand yang dibangun di puncak gunung tertinggi di Thailand. Mr. Jojo menjelaskan untuk mencapai Doi Inthanon dengan cara murah tidak ada pilihan lain selain dengan sepeda motor. Belajar dari pengalaman saat di Chiang Rai, sebelum melakukan perjalanan panjang ini kami hendak mencari sarapan dan membeli sedikit persediaan makanan dan minuman untuk di jalan nanti. 
Sarapan pagi di Pasar Chiang Mai Untuk Mengisi Perut Dan Tenaga
  Dengan mengandalkan selembar peta yang diberikan Mr. Jojo, kami mulai meluncur dari pusat kota Chiang Mai ke arah selatan menuju Taman Nasional Doi Inthanon. Dipertengahan jalan kami dikejutkan oleh sebuah marka jalan berwarna biru yang menginformasikan jarak untuk menuju Doi Inthanon sekali jalannya mencapai 100 kilometer, jarak yang tidak dekat untuk ukuran naik sepeda motor.
“Minggir sebentar Yan” Ucapku dari atas motor untuk menepikan sepeda motorku.
“Kenapa Her?” Tanya Yayan yang kemudian memperlambat laju motornya.
“Ternyata jaraknya gak sedekat yang gw kira, tadi lo lihat ngga petunjuknya 100 Kilometer!. Terus gimana nih? Mau lanjut?” Ujarku.
“Tanggung lah, jalanin aja kayak kemarin di Chiang Rai” Ujarnya. Yayan yang menyukai gunung tidak masalah dengan jarak yang terbentang untuk bisa mencapai Taman Nasional Doi Inthanon  yang merupakan tempat dimana gunung tertinggi di Thailand berada.
“Iya Yan, ini bahkan lebih jauh dari kemarin pas ke Mae Sai.” Balasku.
“Gw sih ngikut aja, kan gw dibonceng hehe” Ucap Novel ikut menyetujui.
Perjalananpun dilanjutkan menyusuri jalan aspal yang mulus dan lengang ini. Kami menganggap perjalanan ini seperti melakukan touring saja yang jika dihitung jarak pulang perginya lebih dari dua ratus kilometer sama halnya seperti melakukan perjalanan pulang pergi dari Jakarta ke Padalarang Bandung. Setelah lebih dari dua jam setengah mengendarai motor akhirnya kami sampai di pintu masuk Taman Nasional Doi Inthanon.
Pintu masuk ke Taman Nasional Doi Inthanon
Salah satu kuil yang kami singgahi sebelum masuk ke Taman Nasional Doi Inthanon
Mengabadikan momen di Doi Inthanon National Park, Thailand
Ketika jalan yang ditempuh semakin menanjak ke atas pegunungan, indikator bensin di sepeda motorku sudah menunjukan tanda strip satu dan berkedip-kedip. Itu artinya persediaan bensin pada tangki sudah hampir habis. Hati ini mulai ketar-ketir membayangkan jalur yang masih harus ditempuh yang di kedua belah sisinya adalah hutan dan pegunungan tanpa ada kehidupan perkampungan apalagi pom bensin. Jika dilihat dari petunjuk marka jalan, pagoda yang kami tuju masih berjarak sekitar dua puluh kilometer menanjak ke atas. Jika dilihat dari jalurnya yang terus menanjak seperti ini sangat wajar konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros. 
Kondisi Jalan Yang Terus Menanjak ke Puncak Doi Inthanon
“Yan, bensin lo masih banyak ngga?” Tanyaku kepadanya dari atas motor yang masih berjalan. Aku sengaja melambatkan laju motorku agar bisa berjalan berdampingan dengan motornya.
“Masih ada satu setengah strip. Kenapa?” Balasnya bertanya.


“Bensin gw tinggal satu strip nih, sudah kedap-kedip. Minggir sebentar yuk” Balasku.
Kami berhenti sesaat dipinggir jalan dan berdiskusi apa yang harus dilakukan. Dengan perhitungan rata-rata motor bebek mengkonsumsi 1 liter dapat menempuh jarak 30 kilometer dan kondisi jalanan yang terus menanjak memungkinkan ada peluang aku akan kehabisan bahan bakar di tengah jalan.
“Novel gantian gw yang bonceng deh, supaya lebih hemat bensin lo.” Ujar Yayan.
“Iya gw bisa pindah dibonceng Yayan.” Seru Novel.
“Oke Yan, soalnya tanggung juga ya sudah sejauh ini kita berjuang. “ Jawabku
“Ya, kalaupun kita mogok semoga sudah sampai di puncak gunung itu tempat dua chedi pagoda Doi Inthanon berada, jadi kita bisa matiin mesin di jalanan menurun ini.. Hahahaha” Aku berkelakar seraya kami tertawa miris dengan keadaan ini, karena seingat kami pom bensin terdekat itu di jalan besar yang cukup jauh jaraknya dari pintu utama taman nasional ini.
Akupun kembali menyeletuk. “Ya seandainya kita mogok, semoga ada mobil bak yang bisa kita tumpangi lagi untuk mengangkut motor kita sampai ke pom bensin terdekat.” Rasanya benar-benar absurd ide-ide yang terlintas dikepala ini demi bisa mencapai Doi Inthanon. Akhirnya kami terus nekat maju melanjutkan perjalanan dengan hati penuh harap-harap cemas.
Sesekali kami berhenti untuk berdiskusi dan mengabadikan momen perjalanan indah ini
Setelah menempuh beberapa kilometer yang di kedua sisi jalan hanya pepohonon, beruntung kami bertanya kepada seseorang yang bisa menunjukan kami ada sebuah pom bensin kecil dengan hanya satu mesin pengisian yang otomatis yang terletak di sebuah jalan kecil. Karena dalam perjalanan kami  sebelumnya kami tidak melihat petunjuk bahwa ada pom bensin tersebut sehingga kami tadi sempat melewatinya tanpa mengetahui di jalan tersebut itu ada pom bensin.
 

Beruntung saat itu ada satu orang yang membantu memberitahu cara untuk mengoperasikan mesin otomatis ini, yaitu uang dimasukan ke dalam mesin kemudian indikatornya akan menunjukan jumlah liter yang akan kita peroleh. Jika tidak ada tentunya kami harus menunggu sampai ada orang yang mengisi bensin disini untuk mencari tahu bagaimana caranya “self services”. Beres! Tangki bensin kini sudah terisi penuh, perasaan kami lebih tenang untuk melanjutkan perjalanan. Kami bersyukur dapat menemukan tempat pengisian bensin tanpa harus mogok di tengah jalan karena kehabisan bensin. Semenjak itu, aku kapok untuk menunda-nunda mengisi bensin.

Perasaan gembira setelah menemukan tempat pengisian bensin dan bisa melanjutkan perjalanan
Setelah Perjalanan Panjang Akhirnya Stupa di Doi Inthanon Mulai Terlihat
Kami melanjutkan perjalanan menanjak menuju dua stupa pagoda Doi Inthanon, dari marka jalan kami harus melalui sekitar dua puluh kilometer lagi, sampai akhirnya jarak sudah terlihat semakin dekat ketika kami mulai melihat dua pucuk stupa pagoda terlihat menyembul dari balik bukit. Jalan raya menuju tempat ini terbilang sepi, hanya sesekali motor kami dilewati oleh bus dan minivan yang mengangkut wisatawan yang hendak mengunjungi stupa ini. 
Ketika semakin dekat dengan Doi Inthanon, Thailand
Sampai akhirnya kami tiba di pintu masuk dua Stupa yang bernama Phra Mahathat Chedi Nophamethanidol dan Phra Mahathat Noppholbhumisiri yang berada di kilometer 41,5 ini. Dilihat dari parkiran motor yang kosong, rasanya untuk hari ini hanya kamilah wisatawan yang nekat naik sepeda motor dari kota Chiang Mai untuk bisa sampai ke tempat ini. Wisatawan yang cukup nekat dengan budget terbatas. Namun semua perjuangan kami terbayar lunas sebanding dengan keindahan tempat ini.
Sampai di Pintu Masuk Doi Inthanon, Thailand
Salah Satu Chedi di Doi Inthanon, Thailand

Keindahan Chedi di Doi Inthanon, Thailand
Keindahan taman bunga yang ada di kawasan Doi Inthanon, Thailand

Taman Bunga di Dalam Phra Maharhat Chedi Nophamethanidol dan Noppholbhumisiri 
Taman Bunga di Dalam Phra Maharhat Chedi Nophamethanidol dan Noppholbhumisiri 

Mengabadikan momen di Phra Maharhat Chedi Nophamethanidol dan Noppholbhumisiri 
Mengabadikan momen di Phra Maharhat Chedi Nophamethanidol dan Noppholbhumisiri
Sedangkan untuk melihat tanda titik tertinggi gunung Doi Inthanon pada ketinggian 2565 meter yang dikenal dengan The Highest Spot In Thailand, dari Pagoda ini masih harus menempuh jarak sejauh 7.5 kilometer yang terletak pada kilometer 48 di Taman Nasional Doi Inthanon. Karena itulah Taman Nasional Doi Inthanon juga dikenal juga dikenal sebagai The Roof of Thailand atau atapnya negara Thailand.
View Point, salah satu titik tertinggi untuk melihat pemandangan kota Chiang Mai dari Doi Inthanon
View Point, salah satu titik tertinggi untuk melihat pemandangan kota Chiang Mai dari Doi Inthanon

View Point, salah satu titik tertinggi untuk melihat pemandangan kota Chiang Mai dari Doi Inthanon
View Point, salah satu titik tertinggi untuk melihat pemandangan kota Chiang Mai dari Doi Inthanon

"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
Baca Artikel Tentang Thailand lainnya disini
           #Cross Border : Dari Kuala Lumpur Malaysia ke Hatyai Thailand Selatan

Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer 
twitter account @travelographers  and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)


Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di-bookmarks dan di-share ya
Salam Pejalan.


3 comments:

  1. Salut banget sama semangatnya, mas! Mau motoran 200 km lebih bolak balik di luar negeri, hahaha. Gue di Indonesia aja belom pernah touring sejauh itu :D

    Puji Tuhan nggak mogok di tengah jalan dan selamat sampai tujuan. Kalau udah gitu, rasanya nggak mau buru-buru balik hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini karena kombinasi faktor keterbatasan uang, nekat sama ketidak tahuan kalo jaraknya ternyata jauh. jadi karena sudah terlanjur ya dilanjutin aja hehe.

      iya puji tuhan dalam perjalananya dilancarkan dan selamat.

      Delete
  2. Even though our guide told us that this was 80m in cumulative height, I was thinking it was more like 40m or so. The falls was also wide, but segmented during our visit as the far right section of the falls were stringier than the left. I reckon during the wet season, this would be both wide and raging. see this here There is a lot of spray from the falls which creates a rain-like mist that flows down the valley. If you have camera gear or sensitive electronic equipment that may be prone to water damage you may wish to bring protective coverings.

    ReplyDelete