|
Salah satu gambar bukti kekejaman rezim Khmer Merah ketika Polpot berkuasa |
Tuk-tuk
mulai melaju pelan di jalan raya kota Phnom Penh yang didominasi perempatan
tanpa rambu-rambu lalu lintas. Setiap kendaraan melaju sesuka hati dengan
prinsip siapa yang berani maju terlebih dahulu maka akan mendapatkan jalan,
sebagaimana hukum alam yang telah diatur di jalan raya. Sesekali suara klakson
terdengar sedikit melengking entah untuk meminta prioritas jalan atau sekedar
bertegur sapa. Sampai akhirnya tuk-tuk yang kami kendarai tiba di pemberhentian
pertama yaitu Toul Sleng Genocide Museum.
Dilihat
dari luar bangunan ini layaknya sebuah areal sekolah. Bangunannya berwarna
putih kusam dengan cat yang sudah mulai pudar diterpa cuaca dan waktu.
Keberadaan tembok pembatas yang mengelilingi bangunan ini dengan kawat berduri
yang sudah berkarat di atasnya menjadi pembeda bangunan ini tidak lagi sebagai
sekolah.
|
Bangunan yang awalnya adalah gedung sekolah ini menjadi saksi bisu kekejaman rezim Khmer Merah |
Tuol Sleng yang
memiliki arti bukit pohon-pohon beracun ini juga dikenal dengan nama Security Prison dengan kode S-21. Diperkirakan penjara ini
menampung lebih dari 17.000 orang yang pernah ditahan dan disiksa sepanjang
periode 1975 sampai tahun 1979. Mereka yang ditahan dan disiksa di tempat ini
adalah orang-orang yang dianggap sebagai musuh rezim Khmer Merah.
Pada
masa itu, tempat ini adalah penjara terbesar di Cambodia dimana ruang-ruang
kelas yang semula untuk kegiatan belajar mengajar diubah menjadi tempat
penyiksaan tahanan dengan cara biadab. Seluruh jendela ditutupi dengan batangan
besi dan kawat berduri dengan sebagian besar gedung dialiri listrik untuk
mencegah ada tahanan yang kabur.
|
Di Museum kita bisa melihat tengkorak asli para korban kekejaman Pol Pot. Sangat menyayat hati |
Gedung tua dan usang
ini telah menjadi saksi bisu yang menyimpan kenangan dan gambaran drama keji
dan paling biadab dalam sejarah tragedi kemanusiaan di benua Asia yang
dilakukan oleh rezim Pol Pot. Namun ironisnya gedung ini bukanlah satu-satunya
yang menjadi neraka dunia di negara ini, sebagian besar tahanan lain dikirim ke
Cheoung EK Genocidal Center / Killing Fields untuk dieksekusi mati lalu dikubur
masal.
|
Suasana jalan raya di kota Phnom Penh, Kamboja |
|
Sapi yang membawa barang dagangan di jalan raya kota Phnom Penh, Kamboja |
Setelah menelusuri
jalan kota Phnompenh kurang lebih 30 menit kami tiba di Cheoung EK Genocidal
Center / Killing Fields, salah satu dari ribuan lokasi yang kabarnya menjadi
kuburan masal dan saksi bisu kekejaman rezim Pol Pot. Dengan mengeluarkan kocek
sejumlah 5 Dollar untuk tiket masuk foreigner
yang dilengkapi dengan audio self guide
berbahasa inggris, kami bertigapun langsung berjalan mengikuti jalur pada peta
yang disertakan dalam brosur berwarna biru tua. Audio self guide ini memandu kami dari titik pemberhentian satu ke
titik pemberhentian yang lainnya.
|
Sampai di depan Cheoung EK Genicidal Center, salah satu ladang pembantaian di era rezim Khmer Merah |
|
Self Audio Guide yang bisa kita dengar untuk mengetahui sejarah kelam di kota Phnom Penh. |
Dari paduan audio ini
dapat kuketahui Choeung Ek Killing Fields mulanya adalah merupakan areal
pekuburan orang cina. Hal ini dapat aku lihat dari sisa-sisa bong batu nisan
yang bertebaran di tempat yang memiliki luas sekitar 2,5 hektar ini. Kemudian
pada rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot pada tahun 1975 sampai 1979
area ini digunakan untuk mengeksekusi mati puluhan ribuan tahanan yang sebagian
berasal dari penjara rahasia Tuol Sleng S-21.
|
Denah Cheoung EK Genicidal Center |
|
Salah satu bangunan yang menyimpan ribuan tulang dan tengkorak para korban |
Kakiku berhenti
melangkah, tubuhku mulai merinding, berkali-kali menarik nafas
dan menghembuskannya pelan sesaat mataku melihat satu persatu lokasi yang
menyayat hati ini. Secara umum paduan dalam brosur dan audio self guide yang kami sewa membawa
hati dan pikiran kami dalam kesedihan yang luar biasa. Dalam
diam, bulu romaku mulai berdiri melihat semua sisa kekejaman yang telah terjadi
di tempat ini.
|
Area killing field nomer 6, tempat dimana 450 korban dikubur secara masal |
|
Area killing field nomer 7, tempat dimana korban tanpa kepala di kubur di ladang pembantaian ini |
|
Beberapa sisa potongan pakaian korban yang ditemukan di ladang pembantaian ini. |
|
Gelang sebagai tanda turut berduka cita dan doa untuk para korban kekejaman rezim Khmer Merah |
Beberapa
lokasi yang membuat hati
ini tak kuat berlama-lama di tempat ini diantaranya ketika kami melihat area
nomor tujuh tempat kuburan masal berada. Dari kejauhan sepintas area ini
terlihat hanya seperti tanah lapang yang ditumbuhi rumput-rumput liar di
beberapa sudutnya. Namun ketika melihat lebih dekat tampak sekali lubang-lubang
bekas kuburan masal lengkap dengan foto-foto yang menunjukan kondisi ketika
lubang ini pertama kali dibongkar. Gundukan tanah galian tersebut bercecer di
tanah ini, terlihat masih banyak serpihan tulang belulang dan potongan kain
dari pakaian para korban yang berserakan di atas tanah itu.
|
Gundukan tanah galian tempat ditemukannya tulang belulang dari korban yang mati di ladang pembantaian ini |
|
Di ladang ini juga ditemukan banyak korban yang tewas disaat Pol Pot berkuasa |
Lokasi
lain yang menyayat hati adalah di area yang diberi
nomor tiga belas. Tempat ini merupakan bekas kuburan dari ratusan mungkin
ribuan korban tanpa kepala. Sadis dan menyeramkan!. Satu lagi yaitu di area
nomor 16 yang dikenal dengan nama Killing Tree. Dinamakan demikian karena di
pohon inilah ratusan bayi dan balita dibunuh dengan cara dihempaskan kepalanya
pada batang pohon yang besar hingga hancur. Biadab!
|
Magic Tree, tempat dimana pengeras suara untuk menyetel musik dipasang untuk menutupi suara teriakan korban ketika disiksa atau dieksekusi |
|
Danau yang sepi dan penuh misteri di kawasan ladang pembantaian di Phnom Penh |
|
Salah satu museum yang ada di ladang pembantaian, disini kita bisa melihat dokumentasi untuk mengetahui lebih detail tentang kekejaman yang terjadi di ladang pembantaian ini |
|
Salah satu foto di museum yang menceritakan kondisi saat tulang-belulang para korban di kumpulkan. |
Hatiku terus
berdebar-debar jika membayangkan penderitaan pada korban yang disiksa dengan
cara yang tidak manusiawi sebelum akhirnya dieksekusi secara perlahan dan mati
dengan cara yang mengenaskan. Masih ada beberapa lokasi menyedihkan lainnya
yang menjadi saksi bisu kekejaman rezim Khmer Merah, hati ini meringis perih
rasanya ketika melewati satu persatu area itu. Tangis air mata pun menetes
ketika membayangkan kengerian yang telah terjadi di kota ini, terlebih lagi ini
hanyalah salah satu dari ribuan Killing Fields di seluruh Cambodia.
|
Di sekitar kawasan ini banyak anak-anak kecil yang mengemis karena kondisi kemiskinan |
|
Di sekitar kawasan ini banyak anak-anak kecil yang mengemis karena kondisi kemiskinan |
"Selingan iklan"
|
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi
detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram
@travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di bookmarks dan di share ya. Salam.
sangat menarik
ReplyDelete