|
Salah satu sudut kemegahan Royal Palace di Phnom Penh |
Hatiku masih terus
berdebar-debar dengan hebatnya ketika kembali membayangkan penderitaan pada
korban di Killing Fields dan Tuol Sleng S-21 yang disiksa dengan cara
yang tidak manusiawi sebelum akhirnya dieksekusi secara perlahan dan mati
dengan cara yang mengenaskan. Getaran mesin tuk-tuk yang melaju secara konstan
di jalan raya kota Phnom Penh membuat tubuh ini semakin bergetar karena
perasaan dan hati yang masih berantakan, bergetar hebat dan merinding ketika
merenungkan kedua tempat yang baru saja kami kunjungi itu.
Untuk menghibur hati
kami dan mengisi perut yang sudah mulai berontak kami meminta sopir tuk-tuk
kami untuk membawa ke kedai makanan halal. Karena kami tidak tahu entah harus
kemana akhirnya kamipun menurut saja kemana sopir tuk-tuk ini akan membawa
kami. Lalu dibawalah kami di salah satu restoran India yang menjual sajian
makanan khas Asia Tengah yang terjamin ke halalannya. Walapun aku dan Yayan
tidak terlalu suka masakan India namun tidak ada pilihan lain selain menelan
setiap makanan tersebut demi perut yang lapar
|
Jalan raya di sekitar Royal Palace di kota Phnom Penh |
|
Gerbang dan tembok yang mengelilingi Grand palace, Phnom Penh |
|
Salah satu gerbang utama Grand Palace, Phnom Penh |
Setidaknya di tempat
ini kami bisa menghilangkan rasa dahaga yang begitu hebat serta sejenak mencari
kesejukan di dalam ruangan ber penyejuk udara mengingat udara di luar begitu panas
dan sinar matahari yang terik, membakar kota yang cukup gersang dan berdebu
ini.
Setelah cukup beristirahat dan makan siang kamipun
melanjutkan perjalanan ke Royal Palace Phnom Penh yang merupakan kompleks
bangunan yang berfungsi sebagai kediaman kerajaan raja Cambodia. Lokasinya
sangat strategis di tepi barat pembagian silang Sungai Tonle Sap dan tidak jauh
dari tepi sungai Sungai Mekong .Untungnya kedatangan kami disaat waktu yang
tepat karena jam operasi Royal palace buka pada pukul 8 pagi hingga jam 11
kemudian buka kembali jam 12 siang hingga jam 3 sore. Dengan membayar 10 Dollar
kami dapat masuk ke bangunan megah dengan arsitektur Khmer yang menawan ini.
|
Salah satu sudut kemegahan Royal Palace di kota Phnom Penh |
|
Salah satu sudut kemegahan komplek Royal Palace di kota Phnom Penh |
Dari beberapa informasi
yang kami serap ketika menjelajahi satu persatu bangunan di dalam istana
kerajaan Khmer ini, Istana ini dibangun setelah Raja Norodom memindahkan
ibukota kerajaan dari Oudong ke Phnom Penh pada pertengahan abad ke-19. Dan raja-raja
Kamboja telah menduduki istana ini sejak dibangun pada tahun 1860-an.
Dari sebuah peta kuno
kawasan Indochina yang terpajang di salah satu sudut bangunan aku bisa melihat
bahwa dulunya Kerajaan Khmer menguasai sebagian besar kawasan daratan Indochina
mulai dari Phnom Phenh, Siem Riep, Sebagian kawasan Champa di bagian selatan
yang kini telah menjadi bagian Vietnam serta bagian Chaiya, Trang hingga
Ptalung yang kini menjadi bagian Thailand. Namun dengan berbagai perpecahan dan
peperangan yang terjadi di kawasan Indochina kini negara Cambodia yang berawal
dari kerajaan Khmer menjadi lebih kecil.
|
Peta Kerajaan Khmer di masa kejayaannya |
Bangunan yang awalnya
dibangun diatas sebuah benteng tua yang dikenal dengan nama Banteay Kev ini adalah
salah satu tempat yang kerap dikunjungi para wisatawan maupun penduduk
setempat. Hal ini dapat kulihat dari pengujung yang kami temui di dalam komplek
kerajaan ini. Rasanya tujuan mereka pun sama dengan kami yaitu untuk menyelami
lebih dekat keindahan istana kerajaan yang mengadopsi arsitektur Khmer dipadu
dengan sedikit sentuhan bergaya arsitektur Prancis. Hal ini dapat kulihat dari
bagaimana tata letak benteng pertahanannya, tata letak singgasana kerajaan,
kuil Buddha Zamruh, stupa serta menara yang menjulang di dalam komplek istana
kerajaan ini.
|
Salah satu bangunan yang ada di dalam komplek Royal Palace di kota Phnom Penh |
|
Salah satu bangunan yang ada di dalam komplek Royal Palace di kota Phnom Penh |
|
Salah satu bangunan yang ada di dalam komplek Royal Palace di kota Phnom Penh |
Setidaknya dengan
melihat pesona keindahan istana ini dapat sedikit mencerahkan hati kami yang
sempat mendung setelah kembali dari gereja rahasia S-21 dan ladang pembantaian
yang menjadi saksi bisu kekejaman rezim Khmer Merah.
"Selingan iklan"
|
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi
detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram
@travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di bookmarks dan di share ya. Salam.
No comments:
Post a Comment