Seorang Biksu Sedang Berjalan Di Depan Grand Palace, Phnompenh |
“Ketemu lg her,,, hehe...”
“Kalo
ada trip ajak2 lg ya...”
Sebuah pesan singkat
masuk di kotak pesan jejaring sosial facebook dari temanku Yayan Suryana. Pesan itu masuk tak lama setelah kami pertama
kali bertemu di acara gathering
beberapa komunitas backpacker yang diselenggarakan di Gunung Halimun
Selabintana yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gede Pangrango di Jawa
Barat. Gathering itu digagas teman saya Wahyudi Panggabean yang mendirikan Bali
Backpacker dan diikuti oleh komunitas Backpacker Indonesia dan Blackpacker
Indonesia (plesetan black-packer karena setiap pulang traveling kulit selalu
menjadi hitam keling) serta beberapa orang dari Couchsurfing juga ikut serta.
Yayan adalah seorang
karyawan di salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia
yang memiliki passion mendaki gunung,
dari cerita inspiratifnya rasanya sudah hampir semua gunung di Indonesia telah
didakinya, yang saya ingat hanya beberapa gunung saja yang belum di daki karena
kondisinya medannya yang berat dan berbahaya atau memerlukan biaya yang tidak
sedikit seperti pegunungan Cartenz di Jaya Wijaya salah satunya.
Ketika
kami berbagi cerita saat gathering
tersebut, Yayan begitu tertarik untuk mencoba traveling ke luar negeri untuk
pertama kalinya. Setelah dia melihat beberapa foto perjalanan di Asia Tenggara
yang saya publikasikan di jejaring sosial, dia begitu berminat untuk ikut
berjalan bersamaku. Dengan memiliki ketertarikan yang sama soal traveling dan gunung membuat
perbincangan kami menjadi lebih menarik.
Dua
bulan berselang, ketika ada sebuah promo dari Air Asia sebuah maskapai
penerbangan low cost carrier akupun
mengirimkan email ke beberapa teman di komunitas backpacker mengenai rencana
perjalananku melanjutkan perjalanan untuk menjelajah Asia tenggara hingga Asia
Timur. Disaat itu akupun langsung teringat akan janjiku untuk menginformasikan
juga ke Yayan mengenai rencanaku ini.
Di
waktu yang berlainan, ada sebuah notifikasi berwarna merah pada kotak bergambar
surat di jejaring sosial facebook ku. Aku klik ikon tersebut dan kutemukan
pesan singkat yang dikirimkan dari Omar.
“Hey man”
“Apa kabar”
Omar Rida El Idrissi
namanya, seorang pria berkewarganegaraan Maroko Prancis yang aku kenal pertama
kali saat perjalanan ke Ujung Kulon bersama komunitas Backpacker Indonesia,
tempat yang sama aku mengenal Choice Coy untuk pertama kalinya. Dia sempat
tinggal di Jakarta kurang lebih satu tahun lamanya sebelum akhirnya pindah
bekerja di negeri Jiran. Aku pernah diberi tumpangan untuk menginap ditempatnya
saat traveling ke Kuala Lumpur.
Dari
pesan singkat ini, kami sempat berbincang-bincang mengenai perjalananku
sebelumnya dengan Choice Coy dan Amin yang sama-sama kenal dari komunitas
Backpacker Indonesia. Sama seperti Yayan, Omar pun sempat mengatakan untuk
diinformasikan juga rencana trip ku karena jika waktunya cocok iya ingin sekali
ikut serta khususnya jika ingin menjelajah negeri Asia Tenggara. Mumpung masih
kerja di Asia Tenggara. Ujarnya singkat.
Tiket Promo Air Asia di Perjalananku Berikutnya Dari Jakarta ke Kuala Lumpur dan Menuju Cambodia |
Waktu
tak terasa bergulir begitu cepat, tiket promo yang telah kami beli dari hasil
hunting tahun sebelumnya akan segera kami gunakan. Dengan tiket seharga 75.000
rupiah untuk penerbangan Jakarta tujuan Kuala Lumpur dan tiket promo seharga 5
Ringgit Malaysia untuk penerbangan lanjutan dari Kuala Lumpur tujuan ke
Phnompenh Cambodia kami siap untuk kembali berpetualang. Perjalanan kali ini
kami memilih menjelajahnya dari negara Cambodia kemudian dilanjutkan perjalanan
darat ke negara di Asia Tenggara lainnya melalui Thailand.
Pesawat Mengudara di Langit Malaysia Menuju Cambodia |
Di
dalam pesawat ketika kami sudah mengudara menuju Cambodia, aku melemparkan
pandanganku keluar jendela menatap lautan awan yang mengambang dibawah kami.
Aku terbiasa untuk memilih tidak tidur saat perjalanan pendek di pesawat untuk
bisa menikmati pemandangan diluar jendela dan merasakan hiruk pikuk yang
terjadi didalam pesawat. Jika dapat memilih aku lebih senang untuk terbang pagi
dengan posisi tempat duduk didekat jendela sehingga dapat menikmati pemandangan
matahari terbit dari atas awan.
Kartu Kedatangan Negara Kamboja Yang Dibagikan Diatas Pesawat |
Beberapa
waktu berselang, ada dua orang pramugari yang mendatangi satu persatu kursi
untuk memberikan kartu kedatangan untuk masuk ke negara Cambodia. Kartu itu
bertuliskan Kingdom of Cambodia dengan latar Angkor Wat yang terkenal itu.
Rasanya sudah tidak sabar untuk segera menapakan kaki di tanah Cambodia. Dengan
cermat aku menggoreskan tinta diatas kartu itu untuk melengkapi data yang
diperlukan.
Ketinggian
pesawat perlahan turun, hal ini tampak dari sayap pesawat yang membelah
gerombolan awan yang berderet di angkasa. Flaps pada sayap pesawat perlahan
keluar pertanda pesawat akan bersiap untuk mendarat. Hal ini diamini oleh
kapten pilot yang memberikan informasi melalui pengeras suara yang bergema di
sepanjang koridor pesawat bahwa pesawat hendak mendarat, dan seluruh penumpang
agar segera kembali ketempat duduk serta mengencangkan sabuk pengaman.
Keriuhan
dan keramaian mulai terjadi, ada rombongan yang di duduk didepan pesawat
terdengar begitu heboh dan ramai. Bukannya duduk tenang sebagian malah ada yang
hendak mempersiapkan barang bawaannya dengan kondisi pesawat masih mengudara.
Bahkan terlihat ada penumpang yang sempat bertukar tempat duduk untuk dapat
mengobrol dengan teman rombongannya yang lain.
“They are coming from Cambodia, maybe every
month a thousand Cambodians come to Malaysia to work as housemaids.” Ucap
Omar.
Sama
seperti Indonesia, Cambodia pun banyak mengirimkan tenaga kerjanya ke Malaysia
untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan banyak juga yang kembali ke
Cambodia untuk pulang sejenak bertemu dengan keluarganya membawa uang hasil
jerih payah mereka di negeri tetangga. Para pramugari dan pramugara yang
bertugas segera memberikan pengarahan ke mereka agar segera duduk tenang di
kursi masing-masing sehubungan dengan persiapan pesawat untuk mendarat.
Kondisi Negara Cambodia Dilihat Dari Balik Jendela Pesawat, Tampak Gersang di Saat Musim Panas |
“Kayaknya
panas banget nih di Cambodia” Ucapku ke Yayan dan Omar yang duduk berdampingan.
“Dari
sini gw lihat gersang banget, banyak sawah-sawah kering” Lanjutku.
Dari balik jendela pesawat Aku mengamati daratan
di Cambodia yang mayoritas dihiasi tanah yang kering dan tandus, namun ada
sebagian daerah juga yang terlihat hijau hamparan sawah yang luas disekitar
aliran sungai. Dan dari balik jendala pesawat yang sama Aku mengamati gerakan spoiler lift dumper yang mulai otomatis
keluar terbuka ke atas sesaat pesawat mendarat untuk air brake memperlambat laju pesawat dan akhirnya pesawatpun
mendarat dengan mulus. Ketika pesawat mulai masuk ke kecepatan aman, decitan
suara ban mengiringi laju pesawat yang perlahan melambat hingga akhirnya menuju
parkir di apron.
Belum
juga pesawat berhenti dengan sempurna, seisi kabin pesawat mulai kembali
diramaikan dengan gerombolan orang didepan yang berebut untuk mengambil barang
bawaannya dari bagasi di kabin. Ekspresi wajah mereka tampak senang ketika sang
kapten pilot menyatakan pesawat sudah mendarat di Phnom Penh Cambodia,
terdengar gelak tawa dan kebahagiaan dari sebagian orang yang akan segera
kembali menginjakan tanah kelahiran mereka.
Kami
bertiga sengaja santai untuk tidak segera turun dari pesawat dan mempersilahkan
setiap orang yang hendak menuju pintu keluar.
“Gw
mau langsung ke toilet” Ucapku kepada Yayan
“Sama
gw juga mau” Balas Yayan.
Tiba di Bandara International Phnompenh, Cambodia |
Kami
tiba di Bandara Phnompenh International Airport sebagai salah satu pintu
gerbang pintu masuk ke negara Cambodia. Kota Phnompenh merupakan ibukota
terbesar di Cambodia yang terletak dipertemuan sungai Mekong dan sungai Tonle
Sap.
“We have to go to toilet” Ucapku singkat
kepada Omar sebelum Aku dan Yayan hendak ke toilet.
“Okay, I have to go Imigration first for VoA”
jawabnya singkat.
Bandaranya
kecil, namun tertata cukup rapih dan bersih. Namun karena toiletnya kecil
kamipun harus menunggu giliran untuk dapat memakai toilet tersebut. Penumpang
lain yang satu pesawat dengan kami telah melewati bagian imigrasi kedatangan di
bandara ini, hanya tampak beberapa orang asing saja yang sedang sibuk mengisi
lembar kartu Visa on Arrival untuk dapat masuk ke negara Cambodia termasuk
Omar.
“
I envy you, you didn’t have to pay for visa
like me” Ujar Omar dengan nada bercanda.
“Hehehe”
Aku hanya tertawa kecil dengan ucapannya.
Karena dia warga negara Maroko, dia harus
membayar Visa On Arrival sebelum masuk kebagian imigrasi pintu masuk ke
Cambodia, sedangkan Aku dan Yayan yang berkewarganegaraan Indonesia pada saat
itu mulai beberapa bulan sebelumnya telah dibebaskan untuk biaya visa.
Setelah
menunggu Omar menyelesaikan administrasi permohonan visa kedatangannya, kami
menjadi tiga orang terakhir dalam penerbangan tadi pagi yang keluar dari
bandara ini. Cop Cop, dua kali pasporku diberikan cap stempel oleh bagian
imigrasi dan dipersilahkan masuk. Kemudian disusul oleh Omar yang juga telah
resmi masuk kenegara ini. Aku terus berjalan mengikuti lorong menuju pintu
keluar sembari menjepret objek yang menarik di bandara ini.
“Yayan
kenapa lama di imigrasi” Gumamku dalam hati melihat masih tertahan disana.
Tak
lama berselang kemudian Yayan datang menghampiri kami setelah paspornya juga
sudah diberikan stempel yang memperbolehkan masuk ke Cambodia.
“Kenapa
Yan kok rada lama?” Tanyaku
“Lo
tadi bayar ngga?” Yayan balik bertanya.
“Ngga Yan, kan kita
Indonesia gratis bebas visa” Ucapku
“Nah kalo Omar tuh baru
bayar pas di Visa on Arrival tadi” Tambahku menjelaskan.
“Oh gitu ya, wah kena
pungli nih gw”
“Pungli apaan?”
“Gw tadi sebelum di cap
paspornya harus bayar 5 Dollar untuk Visa”
“Hah? Gw kira di
Indonesia doang yang pungli, lah disini juga sama aja” Ucapku.
“Gapapa lah, amal” Ucap
Yayan.
“What wrong my friends?” Tanya Omar
“Yayan got tourist scam, he must paid 5 Dollar as Visa to enter Cambodia.”
“Oh my, hmm that okay my friends.. its should be a good experiences for you”
Yayan cukup mengerti
apa yang dikatakan Omar kepadanya, dengan tersenyum dia mengatakan Yes, Yes.. It’s Okay.
Kami
terus menuju pintu keluar dan ke area parkiran untuk mencari kendaraan tempat
kami hendak mencari penginapan di kota Phnompenh ini.
“Where do you want to go sir?”
“Come with me” Kata beberapa orang
menghampiri kami. Mereka datang untuk menawarkan jasa ke penginapan kepada
kami.
“Kita
naik tuk-tuk aja ya” Ucapku kepada Yayan.
“Based on internet, tuk-tuk is the cheapest
way to reach our hostel” Ujarku kepada Omar.
“As long as I know it cost around seven
dollar for tuk-tuk but if we take taxi it around ten dollar” lanjutku
menambahkan
Gerbang Pintu Keluar Bandara Internasional Phnompenh, Kamboja |
Kami
sepakat untuk memilih naik tuk-tuk untuk mengantarkan kami mencari penginapan.
Selain harganya lebih murah tentunya kita dapat mendapatkan pengalaman yang
berbeda dengan merasakan moda transportasi yang sama yang umumnya digunakan
warga setempat. Kami telah deal
dengan sebuah tuk-tuk dengan harga tujuh dollar Amerika, dimana mata uang
dollar juga digunakan secara resmi selain mata uang riel Cambodia.
Yayan bersama Pengemudi Tuk-tuk yang Duduk di Depan |
Supir Tuk-tuk Dari Kaca Spion |
Tuk-tuk
mulai melaju lambat membelah keramaian jalan raya di Cambodia yang lebih
didominasi kendaraan roda dua. Motor-motor bebek terkini melaju selaras dengan
motor-motor tua tahun delapan puluhan yang masih gagah meluncur di jalan
beraspal itu.
Suasana Jalan Raya Kota Phnompenh |
Aku
langsung menyodorkan beberapa nama hostel kepadanya, namun dia sempat
menggelengkan kepalanya setelah membaca nama hostel yang kuberikan tersebut.
Tuk-tuk terus melaju menuju jalan-jalan kecil di kota Phnompenh dekat dengan
alamat hostel yang ingin kami tuju.
Suasana Jalan di Kota Phnompenh |
Dibawanya
kami ke deretan penginapan yang ada di tengah kota namun kami tidak melihat ada
satu hostel dalam daftar kami. Sampai akhirnya tuk-tuk melewati salah satu
penginapan yang masuk dalam daftar yang telah ku buat yaitu Nomad Hostel. Kami
sempat berhenti sejenak sebelum akhirnya kami memutuskan untuk tidak turun dari
tuktuk dan mencari penginapan lain yang lokasinya lebih strategis.
Melihat
kondisi kami yang belum memiliki penginapan, Mr. Sor Thun merekomendasikan
hostel murah dan membawa kami ke tempat itu. Sebuah bangunan ruko bertingkat
berwarna merah berdiri tegak di hadapan kami, tertulis nama The King Guesthouse
dengan lokasi yang strategis dekat pasar tradisional dan Sungai Mekong.
Suasananya yang ramai dipenuhi tamu-tamu orang asing sebagai salah satu
indikator penginapan ini cukup bagus dan terjangkau.
Mengabadikan Momen, Penginapan Yang Murah dan Sangat Direkomendasikan Untuk Para Backpacker |
Rasanya kami memang
berjodoh dengan guesthouse ini,
karena stelah bertanya dengan resepsionis kebetulan ada satu kamar untuk triple room yang masih tersedia dengan
harga 15 Dollar untuk tiga orang. Harga yang terbilang terjangkau untuk kamar
privat bukan dormitory biasa. Setelah
mendapatkan kamar di guesthouse ini,
untuk rasa terima kasih kami menawarkan Mr. Sor Thun untuk mengantar kami
berkeliling kota Phnompenh mengunjungi beberapa landmark wisata di kota ini.
Dan pertualangan kamipun akan segera dimulai. – Bersambung.
"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer
twitter account @travelographers and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di bookmarks dan di share ya. Salam.
Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di bookmarks dan di share ya. Salam.
Kerennn... BIsa jalan-jalan ke luar.
ReplyDeleteMantap :D
Deleteterima kasih mas. semoga bermanfaat dan menginspirasi.
DeleteSangat bermanfaat :D
Deleteenak yah kapan aku bisa begitu juga. aku sering sering liat di blog ini sama di sini nih buat referensi jalan jalan
ReplyDeletesip sama-sama. terima kasih sudah berkunjung.
DeleteMantap :D
DeleteBenar-benar kayak Indonesia banget ya mas.. Dan saya penasaran dengan Sungai Mekong kalau datang ke sana. :)
ReplyDeleteiya seperti Indonesia tahun 90an suasananya. motor lebih banyak mendominasi, dan belum banyak bangunan tinggi disana.
Deleteseru banget tuh perjalannya
ReplyDeleteterima kasih, semoga bermanfaat ya.
DeleteWaaahhh seru. dari PhnomPenh ke Angkor Wat jauh gak mas itu ? pingin lihat tempat shootingnya Tomb Rider
ReplyDeletekalau saja bisa kesana tanpa keluar duit hihhihi
ReplyDeleteBusyet deh.. Harga tiket nya murah amat wkwkwk
ReplyDeletehasil berburu tiket kursi gratis air asia. alhamdulillah jadi mampu untuk jalan-jalan walau budget pas"an hehe.
Deletewah blognya sangat menarik
ReplyDeleteterima kasih, semoga bermanfaat ya.
Deletemakasih udah mau berbagi
ReplyDeleteSangat Informatif. Wisata yang jarang di explore di kamboja bisa di dapat disini
ReplyDeletePerjalanan yg menarik !
ReplyDeleteKehidupan kota Phnom Penh yg klasik
ReplyDeleteSyukurlah ga kenap pungli lagi sama tuk tuk
ReplyDeleteTapi hostel disana rata rata segitu ya?
keren gan
ReplyDeletevisit : jasa maket
bagi rahasianya kawan... bisa jalan-jalan keluar negri seperti itu...
ReplyDelete