Pages

Sunday, December 4, 2016

Asia Overland, Dan Perjalananpun Berlanjut di Negeri Cambodia



Seorang Biksu Sedang Berjalan Di Depan Grand Palace, Phnompenh

 “Ketemu lg her,,, hehe...”
“Kalo ada trip ajak2 lg ya...”
Sebuah pesan singkat masuk di kotak pesan jejaring sosial facebook dari temanku Yayan Suryana.  Pesan itu masuk tak lama setelah kami pertama kali bertemu di acara gathering beberapa komunitas backpacker yang diselenggarakan di Gunung Halimun Selabintana yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gede Pangrango di Jawa Barat. Gathering itu digagas teman saya Wahyudi Panggabean yang mendirikan Bali Backpacker dan diikuti oleh komunitas Backpacker Indonesia dan Blackpacker Indonesia (plesetan black-packer karena setiap pulang traveling kulit selalu menjadi hitam keling) serta beberapa orang dari Couchsurfing juga ikut serta.
Yayan adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yang memiliki passion mendaki gunung, dari cerita inspiratifnya rasanya sudah hampir semua gunung di Indonesia telah didakinya, yang saya ingat hanya beberapa gunung saja yang belum di daki karena kondisinya medannya yang berat dan berbahaya atau memerlukan biaya yang tidak sedikit seperti pegunungan Cartenz di Jaya Wijaya salah satunya.

Ketika kami berbagi cerita saat gathering tersebut, Yayan begitu tertarik untuk mencoba traveling ke luar negeri untuk pertama kalinya. Setelah dia melihat beberapa foto perjalanan di Asia Tenggara yang saya publikasikan di jejaring sosial, dia begitu berminat untuk ikut berjalan bersamaku. Dengan memiliki ketertarikan yang sama soal traveling dan gunung membuat perbincangan kami menjadi lebih menarik.
Dua bulan berselang, ketika ada sebuah promo dari Air Asia sebuah maskapai penerbangan low cost carrier akupun mengirimkan email ke beberapa teman di komunitas backpacker mengenai rencana perjalananku melanjutkan perjalanan untuk menjelajah Asia tenggara hingga Asia Timur. Disaat itu akupun langsung teringat akan janjiku untuk menginformasikan juga ke Yayan mengenai rencanaku ini.
Di waktu yang berlainan, ada sebuah notifikasi berwarna merah pada kotak bergambar surat di jejaring sosial facebook ku. Aku klik ikon tersebut dan kutemukan pesan singkat yang dikirimkan dari Omar.
“Hey man”
“Apa kabar”
Omar Rida El Idrissi namanya, seorang pria berkewarganegaraan Maroko Prancis yang aku kenal pertama kali saat perjalanan ke Ujung Kulon bersama komunitas Backpacker Indonesia, tempat yang sama aku mengenal Choice Coy untuk pertama kalinya. Dia sempat tinggal di Jakarta kurang lebih satu tahun lamanya sebelum akhirnya pindah bekerja di negeri Jiran. Aku pernah diberi tumpangan untuk menginap ditempatnya saat traveling ke Kuala Lumpur.
Dari pesan singkat ini, kami sempat berbincang-bincang mengenai perjalananku sebelumnya dengan Choice Coy dan Amin yang sama-sama kenal dari komunitas Backpacker Indonesia. Sama seperti Yayan, Omar pun sempat mengatakan untuk diinformasikan juga rencana trip ku karena jika waktunya cocok iya ingin sekali ikut serta khususnya jika ingin menjelajah negeri Asia Tenggara. Mumpung masih kerja di Asia Tenggara. Ujarnya singkat.
Tiket Promo Air Asia di Perjalananku Berikutnya Dari Jakarta ke Kuala Lumpur dan Menuju Cambodia
 Waktu tak terasa bergulir begitu cepat, tiket promo yang telah kami beli dari hasil hunting tahun sebelumnya akan segera kami gunakan. Dengan tiket seharga 75.000 rupiah untuk penerbangan Jakarta tujuan Kuala Lumpur dan tiket promo seharga 5 Ringgit Malaysia untuk penerbangan lanjutan dari Kuala Lumpur tujuan ke Phnompenh Cambodia kami siap untuk kembali berpetualang. Perjalanan kali ini kami memilih menjelajahnya dari negara Cambodia kemudian dilanjutkan perjalanan darat ke negara di Asia Tenggara lainnya melalui Thailand.
Pesawat Mengudara di Langit Malaysia Menuju Cambodia
Di dalam pesawat ketika kami sudah mengudara menuju Cambodia, aku melemparkan pandanganku keluar jendela menatap lautan awan yang mengambang dibawah kami. Aku terbiasa untuk memilih tidak tidur saat perjalanan pendek di pesawat untuk bisa menikmati pemandangan diluar jendela dan merasakan hiruk pikuk yang terjadi didalam pesawat. Jika dapat memilih aku lebih senang untuk terbang pagi dengan posisi tempat duduk didekat jendela sehingga dapat menikmati pemandangan matahari terbit dari atas awan.
Kartu Kedatangan Negara Kamboja Yang Dibagikan Diatas Pesawat
Beberapa waktu berselang, ada dua orang pramugari yang mendatangi satu persatu kursi untuk memberikan kartu kedatangan untuk masuk ke negara Cambodia. Kartu itu bertuliskan Kingdom of Cambodia dengan latar Angkor Wat yang terkenal itu. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera menapakan kaki di tanah Cambodia. Dengan cermat aku menggoreskan tinta diatas kartu itu untuk melengkapi data yang diperlukan.
Ketinggian pesawat perlahan turun, hal ini tampak dari sayap pesawat yang membelah gerombolan awan yang berderet di angkasa. Flaps pada sayap pesawat perlahan keluar pertanda pesawat akan bersiap untuk mendarat. Hal ini diamini oleh kapten pilot yang memberikan informasi melalui pengeras suara yang bergema di sepanjang koridor pesawat bahwa pesawat hendak mendarat, dan seluruh penumpang agar segera kembali ketempat duduk serta mengencangkan sabuk pengaman.
Keriuhan dan keramaian mulai terjadi, ada rombongan yang di duduk didepan pesawat terdengar begitu heboh dan ramai. Bukannya duduk tenang sebagian malah ada yang hendak mempersiapkan barang bawaannya dengan kondisi pesawat masih mengudara. Bahkan terlihat ada penumpang yang sempat bertukar tempat duduk untuk dapat mengobrol dengan teman rombongannya yang lain.
They are coming from Cambodia, maybe every month a thousand Cambodians come to Malaysia to work as housemaids.” Ucap Omar.
Sama seperti Indonesia, Cambodia pun banyak mengirimkan tenaga kerjanya ke Malaysia untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan banyak juga yang kembali ke Cambodia untuk pulang sejenak bertemu dengan keluarganya membawa uang hasil jerih payah mereka di negeri tetangga. Para pramugari dan pramugara yang bertugas segera memberikan pengarahan ke mereka agar segera duduk tenang di kursi masing-masing sehubungan dengan persiapan pesawat untuk mendarat.
Kondisi Negara Cambodia Dilihat Dari Balik Jendela Pesawat, Tampak Gersang di Saat Musim Panas
“Kayaknya panas banget nih di Cambodia” Ucapku ke Yayan dan Omar yang duduk berdampingan.
“Dari sini gw lihat gersang banget, banyak sawah-sawah kering” Lanjutku.
Dari  balik jendela pesawat Aku mengamati daratan di Cambodia yang mayoritas dihiasi tanah yang kering dan tandus, namun ada sebagian daerah juga yang terlihat hijau hamparan sawah yang luas disekitar aliran sungai. Dan dari balik jendala pesawat yang sama Aku mengamati gerakan spoiler lift dumper yang mulai otomatis keluar terbuka ke atas sesaat pesawat mendarat untuk air brake memperlambat laju pesawat dan akhirnya pesawatpun mendarat dengan mulus. Ketika pesawat mulai masuk ke kecepatan aman, decitan suara ban mengiringi laju pesawat yang perlahan melambat hingga akhirnya menuju parkir di apron.
Belum juga pesawat berhenti dengan sempurna, seisi kabin pesawat mulai kembali diramaikan dengan gerombolan orang didepan yang berebut untuk mengambil barang bawaannya dari bagasi di kabin. Ekspresi wajah mereka tampak senang ketika sang kapten pilot menyatakan pesawat sudah mendarat di Phnom Penh Cambodia, terdengar gelak tawa dan kebahagiaan dari sebagian orang yang akan segera kembali menginjakan tanah kelahiran mereka.
Kami bertiga sengaja santai untuk tidak segera turun dari pesawat dan mempersilahkan setiap orang yang hendak menuju pintu keluar.
“Gw mau langsung ke toilet” Ucapku kepada Yayan
“Sama gw juga mau” Balas Yayan.
Tiba di Bandara International Phnompenh, Cambodia
Kami tiba di Bandara Phnompenh International Airport sebagai salah satu pintu gerbang pintu masuk ke negara Cambodia. Kota Phnompenh merupakan ibukota terbesar di Cambodia yang terletak dipertemuan sungai Mekong dan sungai Tonle Sap.
We have to go to toilet” Ucapku singkat kepada Omar sebelum Aku dan Yayan hendak ke toilet.
Okay, I have to go Imigration first for VoA” jawabnya singkat.
Bandaranya kecil, namun tertata cukup rapih dan bersih. Namun karena toiletnya kecil kamipun harus menunggu giliran untuk dapat memakai toilet tersebut. Penumpang lain yang satu pesawat dengan kami telah melewati bagian imigrasi kedatangan di bandara ini, hanya tampak beberapa orang asing saja yang sedang sibuk mengisi lembar kartu Visa on Arrival untuk dapat masuk ke negara Cambodia termasuk Omar.
I envy you, you didn’t have to pay for visa like me” Ujar Omar dengan nada bercanda.
“Hehehe” Aku hanya tertawa kecil dengan ucapannya.
 Karena dia warga negara Maroko, dia harus membayar Visa On Arrival sebelum masuk kebagian imigrasi pintu masuk ke Cambodia, sedangkan Aku dan Yayan yang berkewarganegaraan Indonesia pada saat itu mulai beberapa bulan sebelumnya telah dibebaskan untuk biaya visa.
Setelah menunggu Omar menyelesaikan administrasi permohonan visa kedatangannya, kami menjadi tiga orang terakhir dalam penerbangan tadi pagi yang keluar dari bandara ini. Cop Cop, dua kali pasporku diberikan cap stempel oleh bagian imigrasi dan dipersilahkan masuk. Kemudian disusul oleh Omar yang juga telah resmi masuk kenegara ini. Aku terus berjalan mengikuti lorong menuju pintu keluar sembari menjepret objek yang menarik di bandara ini.
“Yayan kenapa lama di imigrasi” Gumamku dalam hati melihat masih tertahan disana.
Tak lama berselang kemudian Yayan datang menghampiri kami setelah paspornya juga sudah diberikan stempel yang memperbolehkan masuk ke Cambodia.
“Kenapa Yan kok rada lama?” Tanyaku
“Lo tadi bayar ngga?” Yayan balik bertanya.
“Ngga Yan, kan kita Indonesia gratis bebas visa” Ucapku
“Nah kalo Omar tuh baru bayar pas di Visa on Arrival tadi” Tambahku menjelaskan.
“Oh gitu ya, wah kena pungli nih gw”
“Pungli apaan?”
“Gw tadi sebelum di cap paspornya harus bayar 5 Dollar untuk Visa”
“Hah? Gw kira di Indonesia doang yang pungli, lah disini juga sama aja” Ucapku.
“Gapapa lah, amal” Ucap Yayan.
What wrong my friends?” Tanya Omar
Yayan got tourist scam, he must paid 5 Dollar as Visa to enter Cambodia.”
Oh my, hmm that okay my friends.. its should be a good experiences for you
Yayan cukup mengerti apa yang dikatakan Omar kepadanya, dengan tersenyum dia mengatakan Yes, Yes.. It’s Okay.
Kami terus menuju pintu keluar dan ke area parkiran untuk mencari kendaraan tempat kami hendak mencari penginapan di kota Phnompenh ini.
Where do you want to go sir?”
Come with me” Kata beberapa orang menghampiri kami. Mereka datang untuk menawarkan jasa ke penginapan kepada kami.
“Kita naik tuk-tuk aja ya” Ucapku kepada Yayan.
Based on internet, tuk-tuk is the cheapest way to reach our hostel” Ujarku kepada Omar.
As long as I know it cost around seven dollar for tuk-tuk but if we take taxi it around ten dollar” lanjutku menambahkan
Gerbang Pintu Keluar Bandara Internasional Phnompenh, Kamboja
Kami sepakat untuk memilih naik tuk-tuk untuk mengantarkan kami mencari penginapan. Selain harganya lebih murah tentunya kita dapat mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan merasakan moda transportasi yang sama yang umumnya digunakan warga setempat. Kami telah deal dengan sebuah tuk-tuk dengan harga tujuh dollar Amerika, dimana mata uang dollar juga digunakan secara resmi selain mata uang riel Cambodia. 
Yayan bersama Pengemudi Tuk-tuk yang Duduk di Depan
Supir Tuk-tuk Dari Kaca Spion
 Tuk-tuk mulai melaju lambat membelah keramaian jalan raya di Cambodia yang lebih didominasi kendaraan roda dua. Motor-motor bebek terkini melaju selaras dengan motor-motor tua tahun delapan puluhan yang masih gagah meluncur di jalan beraspal itu.
Suasana Jalan Raya Kota Phnompenh
 Aku langsung menyodorkan beberapa nama hostel kepadanya, namun dia sempat menggelengkan kepalanya setelah membaca nama hostel yang kuberikan tersebut. Tuk-tuk terus melaju menuju jalan-jalan kecil di kota Phnompenh dekat dengan alamat hostel yang ingin kami tuju. 
Suasana Jalan di Kota Phnompenh
Dibawanya kami ke deretan penginapan yang ada di tengah kota namun kami tidak melihat ada satu hostel dalam daftar kami. Sampai akhirnya tuk-tuk melewati salah satu penginapan yang masuk dalam daftar yang telah ku buat yaitu Nomad Hostel. Kami sempat berhenti sejenak sebelum akhirnya kami memutuskan untuk tidak turun dari tuktuk dan mencari penginapan lain yang lokasinya lebih strategis.
Melihat kondisi kami yang belum memiliki penginapan, Mr. Sor Thun merekomendasikan hostel murah dan membawa kami ke tempat itu. Sebuah bangunan ruko bertingkat berwarna merah berdiri tegak di hadapan kami, tertulis nama The King Guesthouse dengan lokasi yang strategis dekat pasar tradisional dan Sungai Mekong. Suasananya yang ramai dipenuhi tamu-tamu orang asing sebagai salah satu indikator penginapan ini cukup bagus dan terjangkau. 
Mengabadikan Momen, Penginapan Yang Murah dan Sangat Direkomendasikan Untuk Para Backpacker
Rasanya kami memang berjodoh dengan guesthouse ini, karena stelah bertanya dengan resepsionis kebetulan ada satu kamar untuk triple room yang masih tersedia dengan harga 15 Dollar untuk tiga orang. Harga yang terbilang terjangkau untuk kamar privat bukan dormitory biasa. Setelah mendapatkan kamar di guesthouse ini, untuk rasa terima kasih kami menawarkan Mr. Sor Thun untuk mengantar kami berkeliling kota Phnompenh mengunjungi beberapa landmark wisata di kota ini. Dan pertualangan kamipun akan segera dimulai. – Bersambung. 
"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak

Follow my instagram @travelographers , Youtube account shu travelographer 
twitter account @travelographers  and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)

Apabila bermanfaat dan menginspirasi, mohon di bookmarks dan di share ya. Salam.


24 comments:

  1. Kerennn... BIsa jalan-jalan ke luar.

    ReplyDelete
  2. enak yah kapan aku bisa begitu juga. aku sering sering liat di blog ini sama di sini nih buat referensi jalan jalan

    ReplyDelete
  3. Benar-benar kayak Indonesia banget ya mas.. Dan saya penasaran dengan Sungai Mekong kalau datang ke sana. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya seperti Indonesia tahun 90an suasananya. motor lebih banyak mendominasi, dan belum banyak bangunan tinggi disana.

      Delete
  4. Waaahhh seru. dari PhnomPenh ke Angkor Wat jauh gak mas itu ? pingin lihat tempat shootingnya Tomb Rider

    ReplyDelete
  5. kalau saja bisa kesana tanpa keluar duit hihhihi

    ReplyDelete
  6. Busyet deh.. Harga tiket nya murah amat wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. hasil berburu tiket kursi gratis air asia. alhamdulillah jadi mampu untuk jalan-jalan walau budget pas"an hehe.

      Delete
  7. Sangat Informatif. Wisata yang jarang di explore di kamboja bisa di dapat disini

    ReplyDelete
  8. Kehidupan kota Phnom Penh yg klasik

    ReplyDelete
  9. Syukurlah ga kenap pungli lagi sama tuk tuk
    Tapi hostel disana rata rata segitu ya?

    ReplyDelete
  10. bagi rahasianya kawan... bisa jalan-jalan keluar negri seperti itu...

    ReplyDelete