Menikmati Keindahan Gunung Merapi Dari Air Terjung Kedung Kayang |
Keberanian untuk
melakukan perjalanan backpacking
tidak datang begitu saja, semua adalah sebuah proses panjang yang terbentuk
dari sebuah pengalaman. Sebelum aku berani melakukan backpacking ke luar negeri bersama teman hingga menjelajah seorang
diri di negeri orang ada proses untuk berani berpetualang di negeri sendiri
terlebih dahulu untuk berani keluar dari zona nyaman hidup di kota sendiri. Semua
dimulai dari mengikuti perjalanan bersama sebuah komunitas backpacker yang membuatku banyak belajar bagaimana merencanakan
sebuah perjalanan dengan konsep budget terbatas dan sharing cost. Tapi kalau kamu punya
budget lebih, kamu bisa traveling dengan lebih nyaman, dan menginap di hotel
dekat tempat wisata yang kamu kunjungi dari Traveloka.
Dalam komunitas tersebut aku dapat bertemu dengan
orang-orang asing yang sebelumnya tak saling kenal hingga menjadi akrab
layaknya sahabat dekat bahkan keluarga sendiri. Komunitas menjadi tempat
menimba ilmu dan berbagi informasi mengenai traveling yang meliputi rekomendasi
destinasi wisata sampai saling “meracuni” untuk tak pernah berhenti
berpetualang mengunjungi tempat-tempat menarik lainnya.
Salah satu
perjalanan yang mengubah hidupku yaitu ketika melakukan perjalanan backpacking di Pulau Jawa hingga ke
Pulau Bali melalui jalur darat menggunakan angkutan umum. Pindah dari satu kota
ke kota lain dengan kereta api, singgah dari satu tempat ke tempat lain dengan
bus umum, menyebrang pulau naik ferry hingga menumpang dengan penduduk lokal
untuk sampai ke tempat yang dituju. Semua itu menempa keberanianku untuk tidak
takut menjelajah tanah asing. Ada sebuah pengalaman hidup yang besar yang tidak
dapat dibeli dengan uang dan ilmu serta wawasan yang tidak dapat dipelajari di
bangku pendidikan manapun melainkan hanya dapat kita timba dari sebuah
perjalanan.
Pagi itu aku bersama teman seperjalananku Hendra hendak
melanjutkan petualangan kami menjelajah Pulau Jawa. Dari Dataran Tinggi Dieng
sekitar pukul 10 pagi kurang 15 menit kami turun menuju kota Wonosobo dengan
bus umum berukuran kecil yang rutin melayani rute ini. Bus yang memiliki 1 pintu masuk pada bagian tengah
dengan konfigurasi tempat duduk 2-2 mulai melaju di jalan yang berkelok dengan
pemandangan perkebunan terasiring di kedua sisinya. Supir yang
mengendarai bus ini begitu mahir mengendarai bus besar ini. Jalanan kecil yang
berliku naik turun disertai tikungan tajam dilaluinya dengan tenang. Sepertinya
sudah hafalan dan menjadi makanan sehari-hari bagi supir ini, gumamku.
Tujuan
kami yaitu menuju kota Magelang, mengingat pesan dari seorang bapak di Dieng
yang kami temui mengatakan jika kami hendak ke Magelang kami disarankan untuk
turun di Pertigaan Kretek dibanding sampai ke Terminal Bus Mendolo atau
Terminal di Kota Wonosobo. Hal ini dikarenakan bis untuk tujuan ke Magelang
lebih banyak di Pertigaan Kretek dibanding dari terminal. Selain itu kami juga
dapat menghemat waktu dikarenakan bis yang lewat disini tidak mengetem lama
untuk mencari penumpang dibandingkan bis dari terminal. Tujuan kami berikutnya
yaitu Ketep Pass, sebuah tempat yang dikenal sebagai gardu pandang ketep untuk
melihat panorama 5 gunung dari satu tempat yaitu gunung Merapi, gunung Merbabu,
gunung Slamet, gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Ketep Pass ini merupakan
salah satu tujuan wisata unggulan Kabupaten Magelang.
Lokasi
gardu pandang ketep terletak pada ketinggian 1200 meter dari permukaan laut,
dimana ketep pass ini berjarak 116,8 km dari Dataran Tinggi Dieng, dan 26,2 km
dari kota Magelang. Dari lokasi ini anda dapat menikmati panorama atraktif
gunung Merapi – Merbabu dengan terasiring lahan perkebunan dan pertanian
penduduk sekitar yang umumnya menanam jagung dan padi. Selain dapat menikmati
panorama alam dengan pemandangan gunung merapi, gunung Merbabu, gunung Slamet,
gunung Sindoro dan gunung Sumbing, anda juga disuguhkan pemandangan beberapa
deretan pegunungan kecil yang dapat terlihat dari gardu pandang Ketep seperti Telomoyo,
Dieng, Andong serta perbukitan Menoreh.
Bus
melaju membelah jalan yang sepi menuju kota Magelang. Di kedua sisi jalan dari
balik kaca jendela bus kami disuguhkan pemandangan perkebunan serta persawahan yang
menghijau. Yang membuat kami berdecak kagum ketika bus melaju melewati Kledung
Pass yang menghadirkan pemandangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang
begitu indah dan mempesona. 2 jam kemudian setelah melewati perjalanan indah
ini akhirnya kami tiba di terminal Magelang pada pukul 1 siang.
Perjalanan
dari Terminal Bus Wonosobo kami lanjutkan untuk naik bus yang ke arah Muntilan.
Dari informasi yang kami peroleh dari orang di terminal bus usahakan kami harus
sudah sampai di Muntilan sebelum petang dikarenakan angkutan umum disana sangat
terbatas serta apabila sudah menjelang magrib angkutan umum untuk bisa sampai
ke Ketep Pass sudah tidak ada lagi. Sesaat ada bus yang memiliki tujuan ke arah
Muntilan kami segera naik dan memberi tahukan kepada pak kondektur agar menurunkan
kami di Pertigaan Blabak sebelum pabrik Kertas, tempat dimana kami bisa
melanjutkan perjalanan menuju Telatar, perkampungan terdekat dengan Ketep Pass.
Sesampainya
di Pertigaan Blabak sembari menunggu bus tujuan Telatar kami memanfaatkannya
untuk makan siang di sebuah warung yang sederhana. Di warung inilah kami bisa
beristirahat sejenak untuk berteduh dari pancaran sinar matahari yang semakin
terik. Kami berbincang-bincang dengan ibu pemilik warung mengenai Ketep Pass
dan para pendaki Gunung Merapi yang kami temui di warung ini. Ketika bus tujuan Telatar lewat, kami segera
bergegas membayar makan siang kami dan mengangkat ransel ke dalam bis itu.
Jumlah
armada bis yang sedikit ditambah jumlah penumpang yang cukup banyak membuat bis
ini cukup padat dan sedikit berdesakan. Jarak yang ditempuh dari blabak ke
Telatar yaitu kurang lebih 15 kilometer. Perjalanan terasa begitu lama karena
suasana sumpek yang ada di bus ini serta kondisi bus yang sering berhenti untuk
menaikan dan penumpang di pinggir jalan. Sesampainya di Telatar, waktu sudah
menunjukan pukul 15:30 sore dan angkot pun sudah sangat jarang yang lewat.
Menumpang Mobil Bak Yang Membawa Penduduk Lokal ke Arah Ketep Pass |
Beruntung
ada sebuah mobil bak terbuka pengangkut sayur milik penduduk setempat yang
kebetulan tujuannya melewati Ketep Pass menawarkan kami untuk bisa ikut keatas.
Sebuah keramahan penduduk lokal terhadap sesama yang membuat kami tersenyum
bahagia. Di mobil bak terbuka tersebut didominasi kaum ibu penduduk setempat
dan sekumpulan nenek yang membawa semacam bakul yaitu tempat atau wadah bagi
mereka untuk membawa dan menjual hasil panen perkebunan atau pertanian di pasar.
Dengan keramahan mereka, sepanjang
jalan kami diajak berbincang bincang dalam bahasa jawa. Meskipun kami kurang
lancar, tapi kami mengerti apa yang mereka maksud. Sepanjang jalan selalu
tersenyum dan tertawa bersama diatas mobil bak itu, suatu pengalaman dan
kehidupan yang sangat jarang kami alami di kota besar seperti Jakarta.
Sesampai di Ketep Pass langit sudah mulai
gelap. Untuk sekedar datang mengunjungi tempat ini kemudian pergi ke tempat
lain adalah hal yang sangat sayang untuk dilakukan terlebih lagi dengan
perjuangan yang telah kami lakukan dengan naik angkutan umum hingga sampai ke
tempat ini. Namun kendalanya adalah kami belum tahu dimana kami bisa menginap,
tidak tahu ada atau tidak penginapan murah disini serta cukup mustahil juga
apabila kami harus turun kembali mengingat sudah tidak ada lagi transportasi
umum yang turun gunung ke kota.
Ketep Pass, Salah Satu Tujuan Wisata Populer di Magelang |
Senja Berganti Malam di Ketep Pass, Magelang |
Pintu Masuk Ketep Pass, Salah Satu Tujuan Wisata Populer di Magelang |
Beruntung
kami mendapat informasi dari seorang penjaga Ketep Pass yang memberitahukan
kami untuk mencari Ibu Karim, salah satu penjual sayur mayur yang menjajakan
dagangannya tidak jauh dari pintu masuk Ketep Pass. Kami pun segera bergegas
mencari keberadaan Ibu Karim dari puluhan penjual sayur yang ada di tempat ini
sampai akhirnya kami bisa bertemu dengan nya dan menanyakan ketersediaannya apakah
kami dapat tinggal di tempatnya? Beruntung Ibu Karim mengiyakan permintaan
tolong kami sehingga malam itu kami memiliki tempat berlindung dari dinginnya udara
pegununggan di Ketep Pass.
Bisa bermalam di salah satu rumah warga di
Dusun Dadapan, sebuah dusun perdesaan menjadi salah satu pengalaman menarik
bagi anda yang jenuh dengan kehidupan perkotaan. Di malam hari suasana begitu
hening, suara hembusan angin dan serangga serangga seperti jangkrik menjadi
pengiring lantunan lagu pengantar tidur. Saat mata mengadah ke langit kami
dapat menikmati gugusan bintang yang terlihat lebih terang dan begitu indah
untuk dinikmati. Kami sangat menikmati kondisi rumah ibu Karim yang sederhana
dengan arsitektur joglo ini. Pada bagian dalam bangunan dan beberapa bagian
tembok ruangan menggunakan papan anyaman dan dapurnya pun masih menggunakan
kayu bakar. Sebuah kondisi yang sangat sempurna bagi kami untuk bisa merasakan
kehidupan yang bersahaja di perdesaan di sebuah dusun dan jauh dari hingar
bingar suasana perkotaan. Tentang percakapan yang membuka mata kami tentang
kehidupan dan kearifan penduduk setempat serta merasakan keramahan dan suasana
kekeluargaan. Malam itu terasa indah dan kamipun tertidur dengan nyenyak di
rumah Ibu Karim.
Di
pagi hari berikutnya sekitar jam 04:30 setelah shubuh, kami bergegas berjalan
ke Ketep Pass untuk menikmati matahari terbit dengan pemandangan gunung merapi
dan gunung merbabu. Berhubung kami datang sangat pagi, belum ada penjaga tiket
di Ketep Pass yang jaga, sehingga kami dapat masuk secara gratis. Meskipun
munculnya matahari terbitnya terhalangi awan dan gunung merapi, namun gradasi
warna yang terbentang di langit pagi itu begitu indah, suatu pengalaman baru
lagi bagi kami menikmati matahari terbit dari Ketep Pass.
Menikmati Matahari Terbit di Ketep Pass, Magelang |
Menikmati Matahari Terbit di Ketep Pass, Magelang |
Menikmati Mentari Terbit Dari Ketep Pass Magelang |
Menikmati Mentari Terbit Dari Ketep Pass Magelang |
Menikmati Mentari Terbit Dari Ketep Pass Magelang |
Menikmati Mentari Terbit Dari Ketep Pass Magelang |
Setelah
puas menikmati sunrise, kami kembali
ke rumah Ibu Karim untuk menikmati sarapan yang diciptakan dari dapur
tradisional. Aroma kayu bakar yang dipakai untuk memasak menciptakan cita rasa
yang khas pada masakan yang kami nikmati pagi itu. Setelah sarapan dan
membersihkan diri kamipun segera berpamitan dengan keluarga ibu Karim untuk
melanjutkan perjalanan kami ke air terjun kedung kayang yang lokasinya tak
begitu jauh dari Ketep Pass. Berdasarkan informasi yang kami dapat kami bisa
mencapai air terjun tersebut dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit, ada
jalan pintas dari Dusun Dadapan yang ditunjukan oleh seseorang yang kami tanya
untuk mencapai air terjun yaitu berjalan kaki di jalan setapak melewati
perkebunan penduduk dibandingkan melewati jalan aspal yang memutar.
Dapur Tradisional Di Rumah Ibu Karim |
Perkebunan di Kawasan Ketep Pass, Magelang |
Di
tengah perjalanan setelah menembus lahan perkebunan kami mencapai jalan aspal,
tapi jarak dari sana ke air terjun masih kurang lebih 6 kilometer. Karena
kondisi jalan yang berbukit naik turun serta ransel bawaan kami cukup berat,
kami memutuskan untuk menunggu angkot yang melewati tempat tersebut di
persimpangan jalan.
Sesaat
kami sampai di air terjun Kedung Kayang suasana di pintu gerbang belum ada
petugas yang jaga, oleh karena itu kami bisa masuk gratis lagi. Mungkin
kedatangan kami terlalu dini diluar kebiasaan para wisatawan yang datang siang.
Untuk menikmati air terjun Kedung Kayang terdapat dua jalur yaitu lewat jalur
atas dan jalur bawah. Pilihannya dari jalur atas kami dapat menikmati keindahan
air terjun dari posisi atas, tetapi apabila kami ingin mandi atau basah basahan
di air terjun tersebut maka jalur setapak melalui jalur bawah lah pilihannya.
Pemandangan yang bisa dinikmati yaitu Gunung Merapi dengan pemandangan hijau
disekelingnya serta aneka satwa yang hidup didalamnya termasuk sekelompok
monyet liar yang kerap melompat dari satu dahan pohon ke pohon lainnya.
Salah Satu Jalur Menuju Air Terjung Kedung Kayang, Magelang |
Terowongan Bawah Tanah di Air Terjun Kedung Kayang Magelang |
Pemandangan Yang Tersaji Di Sekeliling Air Terjung Kedung Kayang Magelang |
Air Terjun Kedung Kayang, Magelang |
Setelah puas menikmati pemandangan alam
sekitar air terjun Kedung Kayang kami bergegas turun untuk melanjutkan
perjalanan kami ke candi Borobudur. Berhubung
angkot yang kami tunggu tidak datang juga, kami turun ke Telatar dengan
menumpang mobil bak angkutan sayur lagi milik penduduk sekitar yang juga
memiliki tujuan searah. Kami turun di Telatar kemudian menyambung bis yang
tujuan ke Mutilan dan bis tujuan ke Candi Borobudur Magelang, tujuan kami berikutnya.
Menjelajahi Kembali Candi Borobudur di Magelang |
Menjelajahi Kembali Candi Borobudur di Magelang |
Menjelajahi Kembali Candi Borobudur di Magelang |
Salah
satu tantangan untuk mencapai Ketep Pass Magelang dengan angkutan umum yaitu
pilihan moda transportasi yang terbatas serta harus menyambung beberapa kali
angkutan umum untuk bisa sampai kesana. Disini aku belajar tentang bagaimana
menikmati sebuah perjalanan dengan cara penduduk lokal yang menggunakan
angkutan umum. Disini aku belajar tentang bagaimana menjadi slow traveler yang menikmati setiap
intisari dari proses perjalanan itu sendiri tidak hanya tujuan yang dicapai. Disini
aku belajar untuk tinggal bersama penduduk lokal yang ramah serta belajar
kearifan penduduk setempat.
Kita
tidak perlu membatasi diri antara pendatang yang hanya datang singgah dengan
penduduk lokal yang telah mendiami tempat tersebut sejak lama. Namun berbaurlah,
menyatulah dengan mereka. Dengan begitu kita dapat merasakan esensi dari sebuah
perjalanan secara mendalam, tidak hanya sebuah foto sebagai pembuktian diri
kita pernah kesana namun lebih dari itu yaitu sebuah pengalaman hidup. Tentang
bagaimana sebauh perjalanan dapat merubah kita menjadi individu yang lebih
baik, tentang bagaimana perjalanan dapat membuat kita untuk belajar melihat
segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.
Mengutip dari sebuah paragraf dalam buku Edensor: "Berkelana
tidak hanya telah membawaku ke tempat-tempat yang spektakuler sehingga aku
terpaku, tak pula hnya memberiku tantangan ganas yang menghadapkanku pada
keputusan hitam putih, sehingga aku memahami manusia seperti apa aku ini. Pengembaraan
ternyata memiliki paru-parunya sendiri, yang dipompa oleh kamampuan menghitung
setiap resiko, berpikir tiga langkah ke depan sebelum langkah pertama diambil,
integritas yang tak dapat ditawar-tawar dalam keadaan apapun, toleransi, dan
daya tahan. Semua itu lebih dari cukup untuk mengubah mentalitas manusia yang
paling bebal sekalipun”.
"Selingan iklan"
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
ntap suhu!
ReplyDeleteterima kasih kang adis. sukses selalu untuk what ever nya. :)
DeleteKeberanian untuk melakukan petualangan dengan cara backpacking tidak datang begitu saja, semua melewati sebuah proses panjang yang terbentuk dari sebuah pengalaman. <-- cucookkk
ReplyDeleteiya cocok ya. sebelum ngebolang ke negeri orang sendirian harus berani dulu menjelajah negeri sendiri untuk "latihan" :D
DeleteSaya suka banget rute ke Ketep Pass ini, membuat saya kangen sama Merbabu dan Merapi :)
ReplyDeleteDan pelajaran hidupnya memang banyak yang bisa diambil hikmahnya :)
iya mas suka dengan pemandangan di kedua sisinya, dan suka dengan keramahan penduduk lokal serta kehidupan yang bersahaja di sekelilingnya.
DeleteKeren banget pemandangannya. Penduduk lokalnya juga friendly abis mas :D
Deleteiya benar. penduduk lokal disana sangat bersahabat dan ramah.
Deleteemang benr yak, pengalaman akan mengubah seseorang menjadi lbih baik
ReplyDeletehalo cika. iya sejatinya perjalanan dapat memberikan kita sudut pandang yang baru dan menjadikan diri kita menjadi lebih baik.
Deletesemua melewati sebuah proses panjang yang terbentuk dari sebuah pengalaman, keren :)
ReplyDeleteiya mas semua butuh proses, dan terkadang proses lebih bermakna dan memberi banyak pelajaran hidup dibanding hasil yang ingin dicapai.
DeleteBener banget, tanpa proses kita tidak perna belajar :D
Deleteemang bener, perjalanan membuat pola pikir kita menjadi berubah dan bisa semakin dewasa :)
ReplyDeleteiya setuju. setiap perjalanan pasti memiliki pelajaran dan memberi pengalaman hidup yang berbeda untuk membentuk kepribadian kita.
Deleteterowongan bawah tanahnya panjang banget..
ReplyDeleteiya cukup panjang untuk ditapaki :D
DeleteMantaps :D
ReplyDeleteterima kasih :D
Deleteterima kasih.
Deleteawesome trip
ReplyDeletenonton film hd
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
ReplyDeleteSaya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar Ibu Yanti yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...