Pages

Tuesday, September 15, 2015

Ketika Negeri Jiran Diselimuti Kabut Asap



kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kabut Asap Menyelimuti Kota Kuala Lumpur, Malaysia

Negeri Jiran berkabut. Kabut tebal masih saja menghiasi dengan penuhnya sejak beberapa hari kemarin, bak segerombolan awan yang terus menyelimuti suasana pagi ini. Cahaya mentari pagi yang biasanya terang benderang tidak mampu menembus kabut tebal yang menggantung di angkasa. Menyelimuti hutan beton pencakar langit yang tumbuh dengan tinggi yang tak beraturan, menutupi setiap jengkal langit di langit Kuala Lumpur. Dalam sekejap masa kabut putih tebal tersebut menyebar ke segala penjuru menutup pandang segala penglihatan. Ketika indera penciumanku kembali menghirup udara pagi ini sayangnya kabut ini masih sama dengan yang kemarin, kabut asap beracun dari kebakaran hutan yang kerap dituai setiap tahunnya yang berasal dari negeri seberang bukan kabut udara pagi yang segar dan banyak mengandung oksigen.

Pagi ini aku memulai hari dengan seperti biasanya. Tepat pukul 07.30 pagi aku sudah membuka pintu apartement untuk segera pergi ke tempat proyek ku yang kini di daerah Putrajaya, sebuah wilayah persekutuan yang menjadi kota pusat pemerintahan negara Malaysia.

“Semoga hari ini kabut asapnya berkurang.” Do’a ku dalam hati dengan sangat penuh harap seraya melangkahkan kaki keluar apartement.


kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Langit Kuala Lumpur Dilihat Dari Jendela Apartement
Sebagai pekerja lapangan yang tinggal nomaden tak terasa sudah genap satu tahun aku tinggal sebagai imigran di negeri ini, namun baru kali ini aku mengalami kabut asap yang begitu parah seperti ini dan merasakan langsung penderitaan yang dihadapi para tetangga dekat. Walaupun menurut indeks pencemaran udara sudah menunjukan angka di kisaran 160 yang mengindikasikan udara sudah tercemar dan tergolong tidak sehat namun kehidupan sehari-hari disini harus tetap berjalan seperti biasanya, hal ini terlihat dari masih ramainya orang-orang yang menjejali stasiun LRT yang sedang melangkah menuju ke suatu tempat, entah kemana. 
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kabut Asap Menyelimuti Kota Kuala Lumpur, Malaysia
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kabut Asap Menyelimuti Kota Kuala Lumpur, Malaysia

Kabut asap yang kian menebal ini tak hanya berpengaruh pada jarak pandang namun juga berpotensi merusak kesehatan salah satunya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Untuk sebagian orang yang peduli dengan kesehatannya mereka akan mengenakan masker sebagai langkah antisipasi penyakit yang diakibatkan kabut asap dan sebagaian lainnya seolah tidak mengindahkannya.
Kabut Asap Menyelimuti Pasar Seni, Kuala Lumpur

Sepanjang perjalanan dengan LRT dan bus Rapid KL sampai ke kota Putrajaya pun suasananya masih belum berubah dari hari kemarin. Jalan raya masih tetap ramai disesaki kendaraan bermotor yang bergerak menuju tujuannya masing-masing. Langit masih muram dan kelabu diselimuti kabut asap kebakaran hutan di Sumatera, semuram seraut wajah dibalik jendela kaca mobil yang menatap pagi berkabut dalam balut seribu gundah yang terhias kuyu pada wajahnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya hanya dia yang tahu. Sama halnya dengan pertanyaan sampai kapan agenda kiriman kabut asap ini akan berakhir? Ya hanya Tuhan Indonesia saja yang tahu.

kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Jembatan Seri Wawasan di Putrajaya Yang Tertutup Kabut Asap
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Jembatan Seri Wawasan di Putrajaya Yang Tertutup Kabut Asap

kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kota Putrajaya Yang Tertutup Kabut Asap
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kota Putrajaya Yang Diselimuti Kabut Asap, Jarak Pandang Menjadi Kurang Dari 2 Kilometer
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kota Putrajaya Yang Diselimuti Kabut Asap, Jarak Pandang Menjadi Kurang Dari 2 Kilometer
kabut asap, smoke haze, sumatera, kuala lumpur, putrajaya, malaysia, jerebu
Kota Putrajaya Yang Diselimuti Kabut Asap, Jarak Pandang Menjadi Kurang Dari 2 Kilometer


Di seberang negeri ini, iya, di negeriku Indonesia, kebakaran hutan dan lahan terus terjadi. Menebar teror asap beracun ke pelosok negeri, termasuk negeri tetangga. Musim yang selalu datang setiap tahun, yang senantiasa hadir bak agenda rutin yang telah dijadwalkan. Seorang kawan yang kini tinggal di Riau yang merupakan salah satu provinsi dengan sumber titik api terbanyak mengabarkan IPU di tempat tinggalnya sudah diatas 300 dan tidak layak dihuni oleh mahluk hidup. Mau nafas saja susah!, ujarnya. Sesaat membaca pesan whatsapp-nya aku langsung bisa membayangkan betapa buruknya kondisi disana mengingat disini saja yang IPUnya “hanya” 160 sudah sukses membuat mataku perih dan nafas terasa panas. Begitu juga halnya dengan keadaan negeri tetangga lainnya Singapura yang tak luput dalam kabut asap ini yang tercatat dengan indeks IPU diangka 220.

Mendengar sepenggal cerita dari kawan saya itu langsung membawa diriku kembali dalam ruang nostalgia ketika melakukan sebuah proyek IT di perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pertambangan di beberapa pedalaman hutan Sumatera mulai dari Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur serta Kalimantan Selatan mengingat daerah-daerah tersebut tidak pernah absen disebut dalam media sebagai provinsi yang turut menyumbangkan polusi asap dari kebakaran hutan yang kerap terjadi.

Dari pengalamanku selama disana serta dari cerita penduduk setempat yang kerap menceritakan terjadinya kebakaran hutan aku melihat sebuah fakta menarik bahwa tak sedikit perusahaan atau perseorangan yang hanya bermodal sepucuk surat izin dari aparatur penguasa daerah melakukan alih fungsi hutan rimbun dan lahan gambut menjadi ribuan hektar tanah lapang untuk lahan perkebunan baik kelapa sawit maupun pohon Eucalyptus dan Acacia sebagai bahan baku pembuatan kertas serta area pertambangan.

Ketika musim pembukaan lahan dimulai disaat itulah musim kabut asap datang. Mengapa demikian? Karena salah satu cara yang paling cepat dan “murah” (dalam sisi biaya) untuk membuka lahan beribu-ribu hektar adalah dengan cara membakarnya sampai lahan tersebut menjadi lahan kosong yang siap digarap. Celakanya ketika angin berhembus kencang serta hujan tidak senantiasa turun sehingga api bisa dengan cepatnya merambat ke hutan alami dan apapun yang berada di sekitarnya. Penduduk lokal kerap dijadikan tameng dan senantiasa dituding sebagai biang kerok pembakaran hutan, padahal pelaku pembakaran lahan dan hutan sebagian besar dilakukan perusahaan kelas menengah dan kecil, khususnya yang memiliki kedekatan dengan penguasa setempat. Mereka berdalih manis dan melakukan pembenaran dengan membuka lahan baru akan tercipta banyak lahan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat. Untuk perusahaan besar karena mereka memiliki standar keselamatan dan prosedur management yang mengikuti standar ISO bisa dibilang sedikit yang melakukan pembakaran hutan, tapi untuk oknum tentu saja ada dengan perkiraan hasil survey 40 persen penyebab kebarakan hutan adalah perusahaan besar dan menengah serta 60 persen adalah perusahaan kecil dan perseorangan.

Jika kita renungkan pembakaran lahan hutan tidak hanya berdampak pada manusia yang tinggal di sekitarnya namun juga pada mahluk hidup serta spesies langka yang tinggal dalam hutan tersebut pun sengsara. Tidak sedikit binatang yang meregang nyawa karena terpanggang bara api yang dibawa oleh tiupan kencang dan membumi hanguskan alam di sekitarnya.

Apakah mereka (oknum) itu peduli? Rasanya tidak. Punya otak untuk berpikir panjangpun rasanya juga tidak karena golongan orang tersebut otaknya berada diperut saja, asal perut kenyang. Mereka tidak akan peduli kalau suatu saat anak cucu kita hanya bisa melihat indahnya hutan yang hijau dan keanera ragam flora dan fauna hanya dalam sebuah gambar kenangan dan dalam sebuah daftar mahluk hidup yang telah punah. Aku pernah bermimpi dengan begitu indahnya negeri kita yang kaya akan keragaman flora dan faunanya mengapa tidak dibangun saja infrastruktur yang memadai sehingga bisa menjadi salah satu Eco wisata yang ramah lingkungan dan membuka lapangan pekerjaan yang langsung dapat dirasakan masyarakat setempat. Yang terjadi saat ini menjadi bukti bahwa ketika uang berbicara, uang kini menjadi Tuhan dan konservasi alam adalah hambanya

Harus aku akui selama tinggal di area pedalaman di Sumatera dan Kalimantan membuatku mencoba berpikir secara rasional dan seimbang dari dua sisi. Dari satu sisi keberadaan perusahaan besar yang mengelola perkebunan dan hutan produksi serta tambang ini telah menghidupi puluhan ribu orang dengan memberikan lahan pekerjaan bagi semua orang khususnya masyarakat setempat. Tak hanya karyawan, masyarakat sekelilingpun mendapatkan rezekinya dengan usahanya mendukung roda perekonomian yang berputar didaerah terpencil ini. Mulai dari toko kelontong, warung makan, dan berbagai toko kecil lainnya.

Dari satu sisi lain memang tentunya sebagian besar lahan yang dulunya hutan alami kini telah berubah menjadi hutan produksi, lahan perkebunan kelapa sawit yang dapat merusak struktur dan kesuburan tanah bahkan lebih parah lagi di eksploitasi tambang secara berlebihan tanpa mengindahkan analisis dampak lingkungan yang ditimbulkan. Jika kita mencoba fair, kitapun sebagai konsumen yang menggunakan bahan-bahan kertas atau minyak goreng turut bertanggung jawab  untuk ekploitasi hutan alami menjadi area perkebunan. Karena bagaimanapun juga perusahaan-perusahaan besar itu ada dan berkembang  karena besarnya kebutuhan akan barang tersebut. Kembali lagi kepada kita yang peduli terhadap lingkungan untuk turut serta mengontrol aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan dan tentunya peranan penting pemerintah dalam mengimplementasikan hukum dan aturan yang memihak kelestarian lingkungan yang selaras dengan jalannya roda perekonomian. 

Rasanya pekerjaan rumah terbesar pemerintah yaitu menindak tegas pembalakan liar dan membatasi area yang diperbolehkan untuk dieksploitasi menjadi area perkebunan dan pertambangan. Tidak seperti sekarang yang tak terkontrol selama ada uang perizinan, lahan hutan alamipun dapat dibabat habis. Pemerintah dalam hal ini PPNS Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama kepolisian harus segera menggugat dan menindak perusahaan maupun perseorangan yang melakukan pembakaran hutan sehingga menyebabkan bencana kabut asap yang menyengsarakan banyak orang. Tidak hanya sanksi hukuman penjara namun harus tegas juga untuk berani diberikan sanksi pencabutan izin usaha bagi orang tersebut. Khusus untuk lahan perseorangan harus ada pendekatan yang berbeda yaitu untuk “menyadarkan” mereka dengan penyuluhan dan pendidikan tentang efek buruk membakar lahan. Namun yang terpenting juga memberikan solusi bagaimana teknik membuka lahan yang cepat dengan biaya yang lebih efesien, dengan solusi menggunakan mesin dan teknologi yang tinggi misalnya.

“Disaat pohon terakhir ditebang, disaat ikan terakhir ditangkap, disaat sungai terakhir telah teracuni, disaat udara terakhir telah tercemar, mungkin disaat itulah manusia baru bisa menyadari sepenuhnya kalau kita tidak bisa hidup dan makan uang.”


Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina.
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers,  beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak

Follow my instagram @travelographers , twitter account @travelographers 
 and google plus account +shuTravelographer
and if you found the post useful or interesting please do share! :)


14 comments:

  1. kebakaran hutan di indonesia memang udah cukup mengkhawatirkan asapnya... sampe nyebar ke malaysia sama singapur. parah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya parah banget ya karena setiap tahun seperti jadi agenda rutin yang terus terjadi. selain menganggu kesehatan dan aktivitas sehari-hari juga mengancam keberlangsungan mahluk hidup yang tinggal disekitarnya :(

      Delete
    2. Parah banget, demi kepentingan beberapa orang. Imbasnya kesemuanya

      Delete
    3. iya hampir setiap tahun ada kabut asap. namun alhamduillah tahun ini tidak ada karena pemerintah indonesia saat ini begitu serius untuk mencegah dan menindak para pembalak liar.

      Delete
  2. wah! asapnya sampe negeri jiran juga ya :( lumayan pekat itu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ini sempat pekat banget mas dan jarak pandang pun terganggu.

      Delete
  3. asap tahun ini memang sangat parah. sampai hitungan bulan blom reda juga kebakarannya. banyak oknum2 nakal yang bermain disini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya begitu banget. banyak oknum nakal yang bebas membakar hutan untuk buka lahan tiap tahunnya karena hukumannya terlalu ringan jadi mereka terus melakukan berulang-ulang setiap tahunnya. :(

      Delete
  4. Replies
    1. iya tentunya. jangankan tetangga penduduk setempat aja protes karena memang luar biasa kabut asap kebarakan hutan tahun ini.

      Delete
  5. masyaAlloh , sampe ga kelihatam indahnya negeri itu ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ketutup kabut asap nih kak smapai awal november kemarin.

      Delete
  6. Sedih juga asap kita diekspor hingga ke negeri tetangga ya, tahun depan tak boleh terulang lagi. Saatnya membantu pemerintah kembali membirukan langit Indonesia..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya amiiinn.. pemerintah dan penduduk setempat harus bekerja sama untuk meminimalisir dampak kebakaran hutan dan menindak tegas pelaku pembakar hutan untuk membuka lahan baru.

      Delete