Negeri Jiran berkabut. Kabut tebal masih saja menghiasi
dengan penuhnya sejak beberapa hari kemarin, bak segerombolan awan yang terus
menyelimuti suasana pagi ini. Cahaya mentari pagi yang biasanya
terang benderang tidak mampu menembus kabut tebal yang menggantung di angkasa.
Menyelimuti hutan beton pencakar langit yang tumbuh dengan tinggi yang tak
beraturan, menutupi setiap jengkal langit di langit Kuala Lumpur. Dalam sekejap
masa kabut putih tebal tersebut menyebar ke segala penjuru menutup pandang
segala penglihatan. Ketika indera penciumanku kembali menghirup udara pagi ini
sayangnya kabut ini masih sama dengan yang kemarin, kabut asap beracun dari
kebakaran hutan yang kerap dituai setiap tahunnya yang berasal dari negeri
seberang bukan kabut udara pagi yang segar dan banyak mengandung oksigen.
Pagi ini aku memulai hari dengan seperti biasanya. Tepat
pukul 07.30 pagi aku sudah membuka pintu apartement untuk segera pergi ke
tempat proyek ku yang kini di daerah Putrajaya, sebuah wilayah persekutuan yang
menjadi kota pusat pemerintahan negara Malaysia.
“Semoga hari ini kabut asapnya berkurang.” Do’a ku dalam
hati dengan sangat penuh harap seraya melangkahkan kaki keluar apartement.