Pages

Monday, May 26, 2014

Tertegun dan Merinding di Museum Tsunami Aceh



Museum Tsunami Aceh di Banda Aceh, Indonesia

 Hari itu pagi kelabu. Langit biru mematung lugu. Tiada hujan yang meluruh. Tiada angin yang menderu. Tapi nanggroe ini hancur lebur. Goncangan bumi luapkan samudra. Melumat daratan , Entah apa yang terjadi . Tak seorangpun bisa pahami. Seketika saja semuanya tercerai berai. Saat air hitam menghantam kehidupan. Tiada lagi sanak saudara. Biarkan saja mereka sendiri. Karena pelukan erat tak lagi berarti. Pisahkan anak dari orang tua. Suami dari istri. Kekasih dari yang di kasihi. Sementara awan kesedihan menggelayut manja. Menggantung pilu. Payungi bumi yang kini berduka. Itu adalah sepenggal lirik lagu tentang tsunami di Aceh yang menyayat hati bagi siapa saja yang mendengar dan melihat kembali tayangan video bencana tersebut.
Memenuhi janjiku kepada pak Sam yang menceritakan Cerita Pilu Bencana Tsunami di Aceh yang dialami keluarganya serta cerita pak Dede yang telah banyak bercerita tentang kisah Wanita Bermata Biru di Lamno yang daerahnya juga luluh lantah karena bencana tsunami tersebut, kami mampir ke Museum Tsunami Aceh yang memiliki desain arsitektur yang unik dan mengagumkan. Desainnya sangat berbeda jika dibandingkan dengan museum pada umumnya. Museum ini di desain oleh arsitektur anak bangsa Pak Ridwan Kamil yang kini menjabat sebagai walikota Bandung.
Desainnya dikenal dengan sebutan Rumoh Aceh as Escape Building’ yang menggabungkan rumoh Aceh bertipe panggung dengan konsep ada bukit untuk evakuasi pada bagian atapnya. Didalam bangunan ini didesain unik dan memiliki beragam filosofi pada masing-masing yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai memorial dari bencana besar yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban jiwa yang mencapai kurang lebih 240.000 jiwa.

 
Eksterior Museum Ini Memiliki Desain Yang Unik
Museum yang berlokasi di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh ini buka setiap hari (kecuali Jumat) pukul 10.00-12.00 dan 15.00-17.00. Masuk kedalam Museum Tsunami ini kita tidak dikenakan biaya alias gratis. “Ingat untuk jaga ucapan dan jangan lupa berdoa saat masuk ke Museum Tsunami.” Sesaat memasuki area museum aku langsung teringat pesan yang disampaikan Pak Dede untuk menjaga ucapan dan perilaku di museum ini. Dan benar seperti yang dikatakannya baru saja masuk Lorong Tsunami / Tsunami Alley yang dikenal dengan Space of Fear yang merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki Museum Tsunami tubuh ini sudah merasa merinding. 


Memasuki Lorong Tsunami
 Aku tertegun memandang lorong yang memiliki panjang 30 meter dan tinggi mencapai 19-23 meter yang melambangkan tingginya gelombang tsunami.  Air mengalir di kedua sisi dinding museum, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang sempit dan lembab serta suara gemuruh air, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh pada saat tsunami terjadi. Setelah berjalan melewati Lorong Tsunami, kami menginjakan kaki ke Memorial Hall yang menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar. Tempat ini dikenal dengan Space of Memory yang menggambarkan bencana tsunami yang terjadi 2004 silam sebagai bencana yang tidak mudah untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari bencana tersebut.
Cerobong di Space of Sorrow

Ruang Sumur Doa
 Ketika memasuki Ruang Sumur Doa atau yang dikenal dengan Space of Sorrow bulu kuduk ku berdiri merinding. Lantuan ayat-ayat alquran yang diputar diruang ini begitu terdengar menyayat hati. Aku mengedarkan pandanganku ke ruangan yang berbentuk silinder yang memiliki ketinggian 30 meter ini dimana didalamnya memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya yang di filosofikan sebagai kuburan massal pada korban. Ruangan ini merepresentasikan hubungan manusia dengan Tuhannya yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah yang terdapat pada bagian atas cerobong yang tampak bersinar dari pancaran sinar matahari dari luar. Aku tertegun dan tertunduk mendoakan pada korban bencana ini agar dapat tenang di sisi Nya. 

Space of Confuse
 Ruangan lain yang aku tuju yaitu Space of Confuse yang berupa lorong cerobong yang didesain dengan lantai yang berkelok dan tidak rata untuk menggambarkan kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera bencana tsunami. Lorong ini didesain untuk menuju jembatan harapan untuk melihat secercah cahaya alami yang bersinar dari atap transparan dimana dibagian atasnya terdapat 54 bendera dari 54 negara yang ikut turut serta membantu Aceh pasca tsunami, jumlah bendera sama dengna jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di setiap bendera dan batu bertuliskan kata “Peace” dengan bahasa dari masing-masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan konflik sebelum tsunami terjadi.

Jembatan Harapan
 Ketika ada pemutaran film, aku langsung ikut masuk kedalam studio itu. Beberapa video dan foto-foto yang kembali ditayangkan membuat tubuh ini kembali merinding membayangkan betapa kuasanya Tuhan atas bencana ini. Kita sebagai manusia hanyalah mahluk yang tak berdaya. Di ruang sebelahnya juga terdapat beberapa foto dan barang-barang yang menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya bencana ini terjadi. Selain untuk renungan, museum ini juga bagus untuk pengetahuan dan pendidikan karena telah dilengkapi dengan beberapa alat peraga yang telah dilengkapi dengan simulasi gerakan untuk memudahkan kita mempelajari alam khususnya bagaimana tsunami terjadi.
Pemutaran Film Dokumenter Bencana Tsunami
 Melihat foto-foto dan video tersebut ada beberapa hal yang agak sulit dipercaya yaitu di beberapa kota yang rata dengan tanah yang telah diluluh lantahkan ombak tsunami, namun beberapa masjid besar masih berdiri kokoh diantaranya Masjid Agung Meulaboh dan Masjid Baiturahman Aceh serta masjid lainnya yang konon dipercaya bangunan ini naik ke permukaan sehingga selamat dari tsunami dan menjadi tempat evakuasi yang aman untuk siapa saja yang berlindung di tempat ini. Subhanallah dan Wallahualam, hanya kuasanya lah yang bisa membuat seperti ini dan hanya Dia lah yang tahu karena sesungguhnya Tuhan Maha Tahu apa yang terjadi di alam semesta ini.
Maket Museum Tsunami Aceh dalam Skala Kecil
Foto-Foto Bencana Tsunami Yang terjadi di Beberapa Daerah di Provinsi Aceh
Beberapa Barang Bukti Saksi Bisu Bencana Tsunami
Alat peraga untuk eksperimen menggambarkan kejadian tsunami
Ruangan Ilmu Pengetahuan
Alat Peraga Untuk Bereksperimen Tentang Tsunami
Tempat penjualan souvenir
 Museum Tsunami Aceh bisa kukatakan adalah salah satu museum terbaik yang ada di Indonesia, tidak hanya desain arsitektur yang merepresentasikan Rumah Panggung Aceh namun didalamnya terdapat ruang-ruang yang didesain dengan filosofi yang mendalam. Terima kasih Museum Aceh yang telah memberikanku banyak hal untuk merenungi arti hidup dan terus menyadarkan kami akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Aku Tertegun dan Merinding di Museum Tsunami Aceh. 

follow my instagram @travelographers & twitter account @travelographers 

 

2 comments:

  1. gak bisa bayangin gimana rasanya jadi korban tsunami aceh :(
    btw itu konsep bangunannya kreatif deh. bagian favorit di ruangan dengan nama Allah di atapnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener banget.. kita manusia terasa begitu kecil dan tak berdaya.
      betul banget.. salah satu museum di Indonesia yang paling menarik untuk dikunjungi.

      salam ransel :D

      Delete