Pages

Wednesday, May 21, 2014

Sepenggal Cerita Pilu Bencana Tsunami di Aceh

Salah Satu Dampak Terjangan Ombak Tsunami Beberapa Tahun Silam

 Seorang bapak berlari sekuat tenaga ketika tiba-tiba melihat ombak besar setinggi pohon kelapa mulai menerjang apa saja yang ada dihadapannya. Diraihnya anaknya yang masih kecil dalam rangkulannya untuk dibawanya berlari menghindari terjangan ombak itu. Dia terus berlari dengan cepat menuju tempat yang aman sesaat terjadi gempa yang besar dan bencana tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam. Itu merupakan bayangan yang dapat kuhadirkan dalam pikiranku ketika mendengar cerita pilu yang disampaikan salah satu client saya di Meulaboh Aceh.

Namanya Pak Sam, beliau merupakan salah satu penduduk setempat Meulaboh yang merupakan salah satu daerah dengan kerusakan terparah dan korban tsunami terbanyak ketika bencana itu menerjang, memporak-porandakan semua yang ada disana.

“Awal bencananya gimana pak?” Tanyaku kepadanya untuk melanjutkan ceritanya mengenai bencana tsunami

“Pertama ada gempa besar yang kencang, semua orang panik berhamburan ke jalan” Terangnya

“Terus Bapak Ada dimana?” Tanyaku


“Waktu itu saya ada dirumah, ikut keluar juga”

“Saat gempa terjadi sudah banyak rumah yang rusak”
Rumah Yang Rusak Akibat Terjangan Tsunami
 “Tak lama kemudian tiba-tiba ada suara gemuruh ombak yang besar datang, sesaat melihat ada ombak besar sayapun langsung berlari menggapai anak saya yang paling kecil untuk digendong dan dibawa”

“Saya berusaha sekuat tenaga untuk lari ke atas gunung, tapi laju ombak jauh lebih cepat dari yang saya bayangin”

 “Walau sudah lari sekencang mungkin, akhirnya saya ikut tergulung ombak tsunami yang begitu kental seperti lumpur. Saya coba berenang dengan satu tangan karena satu tangan lagi menggendong anak saya itu. Saya tidak tahu kemana anak saya yang lain, yang terpikirkan saat itu saya menggendong anak saya yang paling kecil yang masih balita”

“Saya tidak ingat berapa lama dalam gulungan ombak tsunami itu. Tetapi saya merasakan anak saya yang dalam gendongan sudah tidak dapat diselamatkan”

“Terus gimana pak” Tanyaku kepadanya?

“ Ya terpaksa saya lepas, terus saya terus coba berenang dalam ombak tsunami yang deras itu sampai saya berpegangan ke pohon ketapang dan naik keatas”

“Oh gitu pak, jadi bapak bisa selamat karena naik pohon ketapang itu?” Tanyaku

“Iya pak”Jawabnya

“Keluarga bapak yang lain saat itu gimana pak?”

“Beberapa anak saya ada selamat, Bapak saya yang kebetulan hari itu lagi di tengah laut juga selamat”

“Oh Bapaknya Pak Sam lagi melaut?” Tanyaku

“Iya, Bapak saya cerita ini pertama kalinya dia melihat ombak setinggi itu”

“Terus kondisi kota Meulaboh gimana pak?” Tanyaku

“Kalau dari dermaga yang lagi dibangun dibawah itu, kita bisa melihat pusat kota karena hampir semuanya rata dengan tanah” Ucapnya

“Garis pantai itu sudah maju ratusan meter, dulunya disana ada permukiman warga tapi sekarang sudah jadi laut” Lanjutnya bercerita
Garis Pantai Telah Maju Ratusan Meter Setelah Tsunami Terjadi
 “Oh gitu ya pak, merinding saya pak dengarnya” ucapku.

Aku tertegun mendengar cerita dari Pak Sam mengenai bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam, dari ceritanya aku sudah dapat membayangkan betapa dahsyatnya ombak yang menerjang Provinsi Aceh ini”
Helikopter Yang Hancur Karena Diterjang Tsunami

Salah Satu Diorama di Dalam Museum Tsunami Aceh
 “Kalau bapak nanti ke Banda Aceh, bapak mampirlah ke Museum Tsunami untuk melihat kondisi tsunami pada saat itu” Ucapnya kepadaku.

“Iya pak rencananya begitu, sebelum pulang saya mau sempatkan mampir ke Museum Tsunami” Jawabku.
Secercah Harapan Baru di Kota Meulaboh Yang Dahulunya Luluh Lantah di Terjang Tsunami
 Dengan mengingat bencana alam yang besar yang dapat terjadi kapan saja di bumi ini membuat kita dapat merenung bahwa kita manusia hanyalah mahluk yang tak berdaya. Dengan segala kenikmatan yang telah diberikan Nya kepada kita membuat kita untuk terus bersyukur dari apa yang telah kita peroleh setiap detiknya. 

Follow my instagram @travelographers & twitter account @travelographers 
 

No comments:

Post a Comment