|
Jalan Braga & Bandung Kilometer 0 Dari Atas Rooftop |
Ketika ada sebuah janji untuk bertemu dengan salah satu
teman lama di Bandung, kami memilih Braga City Walk sebagai tempat bertemu.
Bukan tanpa alasan karena kebetulan pada malam yang sama akan dilangsungkan
Braga Culinary Festival di Jalan Braga untuk pertama kalinya di Bandung. Melintasi
kota tua di Bandung khususnya Jalan Braga tidak membawaku seperti melintasi
masa lalu karena suasananya sudah terlalu modern. Lalu lalang berbagai jenis
kendaraan dengan merek terkini seperti tidak ada habis-habisnya melalui jalan
ini. Belum lagi suasananya menjadi terasa lebih sesak karena sebagian besar
badan jalan telah diperkosa habis untuk parkir yang mengular di sepanjang jalan
ini.
Perlahan tapi pasti lalu lalang kendaraan yang melalui jalan
ini senantiasa merusak struktur jalan Braga yang terbuat dari batu andesit. Tak
hanya itu tentu saja mengurangi keindahan jalan yang memiliki bangunan-bangunan
tua di kedua sisinya. Saat tangan ini mencoba mengabadikan keindahan bangunan
tua di jalan Braga keindahannya tertutup ratusan kendaraan yang parkir dan
bergerak lambat karena macet. Terbesit dalam pikiranku jika memang konsep
awalnya untuk ikon pariwisata seperti di luar negeri yang umumnya diubah
menjadi pendestrian pengunjung atau wisatawan, mungkin ada baiknya pemerintah
setempat mulai memikirkan cara mengubah jalan ini untuk bebas kendaraan menjadi
sebagai pusat pariwisata.
|
Braga Culinary Night di Jalan Braga, Bandung |
Solusinya dengan membuat rekayasa lalu lintas untuk merubah
jalur kendaraan untuk lewat jalur lain sehingga jalan yang dilapisi dengan
batuan andesit ini lebih awet dan tetap terjaga keindahannya, mengingat harga
pembuatan dan perawatannya yang tidak sedikit. Sulit? Buktinya untuk acara
Braga Culinary Festival malam itu saja pemeritah daerah setempat bisa
melakukannya. Namun memang jika seterusnya ditutup tentunya akan banyak pihak
yang protes khususnya terkait dengan pemilik bisnis, invenstor komersil serta
department terkait yang menginginkan adanya project perbaikan jalan batu
andesit yang regular.
|
Parkiran Motor dan Mobil Disepanjang Jalan Braga, Selain Kerap Membuat Kemacetan Juga Merusak Badan Jalan |
|
Perbaikan Jalan Braga Yang Membutuhkan Dana Yang Tidak Sedikit Setiap Tahunnya |
|
Kemacetan Kendaraan Yang Mengular Panjang Membuat Jalan Braga Tak Seindah Dulu |
“Halo Sashi & Heri apa kabar?” Suara panggilan seorang
teman lama (sebut saja Mawar) yang baru datang membuyarkan lamunanku. Begitu
juga dengan Sashi pasanganku yang sedang mengamati kondisi jalan Braga yang
sore itu mulai dipadati anak-anak gaul Bandung yang bersiap-siap meramaikan
Braga Culinary Festival.
“Halo Mawar (bukan nama sebenarnya). Gimana kabar?”
Keakraban teman khas perempuan diperlihatkan dari saling cium pipi kiri dan
kanan. Sedangkan aku yang pria lebih nyaman untuk berjabat tangan saja agar tetap
sehat dan selamat.
“Kenalin ini Budi (bukan nama sebenarnya), Eheem.. you know
lah” Ujar Mawar kepada kami sambil tersipu malu.
Dalam hatiku langsung dapat menebak kalau Budi ini adalah
bukan Budi Doremi yang penyanyi itu, melainkan Budi pasangan barunya Mawar.
Singkat cerita mereka mengajak kami untuk masuk ke dalam
Braga City Walk untuk mengobrol tentang banyak hal. Saat berkeliling aku
sedikit terkejut dengan perubahan Braga City Walk yang sedang di renovasi
besar. Dulu tempat ini terbilang tidak menarik dan sepi pengunjung, kalaupun
ada yang berkunjung disini mungkin golongan orang yang sedang khilaf atau
tersesat. Atau orang-orang yang datang ke Braga City Walk ini bisa juga
golongan orang yang mencoba mencari tempat nongkrong yang paling mudah cari
parkirnya. Percaya deh, kalau kamu cari parkiran di Mal atau Plaza di Bandung
lainnya saat weekend, sulitnya seperti mencari jodoh di sekolah. Saingannya
banyak cuy!.
Aku dan Sashi melempar pandangan ke sekeliling bangunan. Sebagian
ruangan tampak sudah selesai dimodifikasi dengan desain interior yang lebih
menarik dan dibuat selaras dengan identitas kota Bandung. Hal inilah yang dapat
aku cerna dari penjelasan yang dipaparkan Budi yang kebetulan bekerja sebagai
salah satu Markom di tempat ini. Saat mengajak kami berkeliling Braga City Walk,
langkah kami sempat terhenti salah satu ruangan yang di lobbynya terdapat
sebuah maket perencanaan Braga City Walk.
“Perhatiin nih bentuk desainnya, dibuat seperti berbentuk pistol”
Ujar Budi bukan doremi kepada kami.
“Oh iya juga ya” kami mengangguk mengiyakan.
|
Layout Braga City Walk Yang Berbentuk Pistol |
Yang rencana awalnya kami ingin mengobrol saja setelah
sekian lama tak bersua kini pertemuan kami ibarat menjadi wisata keliling Braga
City Walk. Dan salah satu spot favorit untuk mengobrol bersama mereka ketika
kami diajak naik ke atas rooftop untuk menikmati pemandangan Bandung Kilometer
0 dari ketinggian, sesuatu hal yang belum pernah kami lakukan sebelumnya.
|
Jalan Braga & Bandung Kilometer 0 Dari Atas Rooftop |
Dari tempat ini Budi berbagi pengetahuan yang ia miliki
mengenai sejarah sembari menikmati pemandangan kota bandung yang begitu cantik
di lihat dari pusat kota ini. Sebuah titik sebagai tonggak sejarah berdirinya
kota yang juga dikenal dengan sebutan nama Parijs Van Java. Seperti pemandu
yang sudah pakar di bidangnya ia menunjukan satu persatu gedung bersejarah yang
menjadi saksi bisu perkembangan kota Bandung mulai dari sekitar Hotel Grand
Preanger, Hotel Savoy Homann hingga Gedung Merdeka yang menjadi tempat
memorabilia Konferensi Asia Afrika yang kini dikenal menjadi Museum Konferensi
Asia Afrika. Dari rooftop Braga City Walk ini juga terlihat 2 menara masjid
yang menjulang tinggi ke langit biru yang merupakan bagian dari masjid raya
Bandung yang juga bagian dari bangunan bersejarah di kota ini. Tak hanya itu
Lapangan Gasibu dan Gedung Sate yang menjadi ikon kota Bandung pun terlihat
dari tempat ini.
|
Panorama Kota Bandung Dari Rooftop Braga City Walk |
|
Panorama Kota Bandung Dari Rooftop Braga City Walk |
|
Panorama Kota Bandung Dari Rooftop Braga City Walk |
|
Jalan Braga dilihat Dari Atas Rooftop Braga City Walk |
|
Panorama Kota Bandung Dari Rooftop Braga City Walk |
|
View Kota Bandung Dari Balik Jendela |
Kami sangat beruntung memiliki kesempatan untuk naik ke
rooftop ini sehingga bisa memiliki pengalaman melihat kota Bandung dari sudut
pandang yang berbeda. Sebuah kota yang di kelilingi deretan perbukitan khas
negeri pasundan dengan pesona keindahannya yang memanjakan setiap pasang mata
yang menikmatinya.
Baca Artikel Terkait Sejarah Bandung & Jalan Braga
Melintasi Sejarah Kota Bandung dan Jalan Braga Riwayatmu kini
and if you found the post useful or interesting please do share! :)
Bandung emang bener2 padat ya ;) fotonya keren2 :D
ReplyDeleteiya sama seperti kota besar lainnya, kota bandung pun sudah semakin padat di serbu pendatang dari kota-kota kecil lainnya yang hendak mengadu nasib.
Deleteterima kasih sudah berkunjung.
Halo :) Mau tanya dong, waktu itu bisa naik ke rooftopnya karena memang dibuka untuk umum atau gimana ya? Saya lagi nyari spot rooftop gedung juga. Trims
ReplyDeletewaktu itu saya bisa naik rooftopnya karena memang ada teman yang bekerja di braga city walk. atau kalo punya teman /kenalan yang tinggal di apartementnya rasanya bisa naik. alternatif lainnya bisa ke gedung disebelahnya seperti hotel gino feruci di braga atau aston braga.
Delete