Pages

Saturday, October 12, 2013

Penangkaran Gajah Liar di Padang Sugihan Sebokor Banyuasin Sumatera Selatan



Salah Satu Gajah Yang Ada di Penangkaran di Banyuasin, Sumatera Selatan

Dengan semakin maraknya pembalakan hutan yang terus menggerus keberadaan hutan hujan di Sumatera berpengaruh secara langsung terhadap habitat dan ekosistem yang berada didalamnya. Pembalakan secara liar maupun resmi yang dilakukan baik oleh masyarakat setempat untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan maupun perusahaan besar dalam membuka lahan untuk hutan produksi sebagai bahan baku pembuatan kertas merupakan salah satu faktor tersebut.
Salah satu dampaknya dengan dibukanya lahan perkebunan dan hutan produksi yaitu berbagai jenis flora dan fauna mulai terusik salah satunya yaitu kawanan gajah liar yang tinggal dihutan tersebut. Dengan berubahnya fungsi hutan menjadi perkebunan tentunya ada pergeseran pandangan masyarakat mengenai keberadaan binatang liar tersebut yang lebih menganggap binatang tersebut sebagai hama yang merusak lahan perkebunan mereka atau dianggap sebagai mahluk yang membahayakan manusia sehingga dihalalkan untuk dimusnahkan dari bumi mereka.
Rasanya sebagian orang sudah mulai lupa bahwa sesungguhnya binatang-binatang liar tersebutlah “penduduk “asli” yang telah tinggal dihutan itu sebelum kedatangan oknum manusia-manusia yang membuka lahan untuk kepentingan bisnis semata tanpa menghiraukan keseimbangan alam. Dari pengamatanku beberapa hewan liar seperti buaya muara yang tertangkap akan dikandangkan, sedangkan untuk gajah liar akan dimasukan dalam penangkaran gajah.

 
Pembukaan Lahan Untuk Pembibitan dan Perkebunan Mengancam Keterlangsungan Ekosistem


Dua Ekor Gajah Bersama Dengan Pawangnya
 

 Gajah yang Sedang Mencari Makan ditepi Sungai

Salah satu penangkaran gajah yang dibangun sebagai salah satu bagian pelestarian binatang liar disana yaitu Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor Banyuasin yang dikelola oleh Balai KSDA Sumatera Selatan. Dilansir dari Balai KSDA Sumatera Selatan www.bksdasumsel.com Suaka margasatwa Padang Sugihan Sebokor Banyuasin terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Untuk mencapai SM. Padang Sugihan dari kota Palembang dapat dilalui dengan 2 cara yaitu lewat sungai dan jalan darat. Lewat  sungai dengan kendaraan speed boat menuju desa terdekat Sebokor dengan rute jembatan Ampera, Sungai Musi, saluran primer dari Desa Cinta Manis dan Desa Sebokor dengan waktu kurang lebih 1,5 jam, atau memutar melalui sungai Padang Sampai di Jalur 21, namun relatif panjang kurang lebih 2 jam. 
 
Dermaga Speed Boat Dekat Dengan Restoran Riverside Jembatan Ampera Menuju Banyuasin
Sedangkan jalan darat dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam dengan rute Palembang, Plaju, Cinta Manis dan Sebokor. Kawasan SM. Padang Sugihan ditunjuk menjadi suaka margasatwa berdasarkan SK Menteri Kehutanan dengan luas 86.932 Ha. Secara umum merupakan ekosistem lahan basah atau rawa pasang surut karena genangan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. 

Dari Sungai ini Kita Dapat Melihat Sekawanan Gajah Yang Rutin Mencari Makan
             Potensi fauna yang di Padang Sugihan Sebokor Banyuasin selain gajah diantaranya terdapat rusa, babi hutan. Selain itu terdapat  beruk, lutung, kera ekor panjang, trenggiling, tapir, kijang, bajing tanah, buaya muara, biawak, serta berbagai jenis burung dan ikan. Flora yang mendominasi di SM Padang Sugihan adalah gelam. Jenis lain yang masih bisa ditemukan antara lain pulai, ficus sp, mahang, dillenia sp, pandan laut, paku laut, pakis gambut, pales, rengas, sungkai, waru laut, rotan udang, laban, laban rawa.
Kondisi SM Padang Sugihan telah mengalami suksesi akibat kerusakan yang terjadi sebelum ditunjuk menjadi suakamargasatwa yang sebelumnya berstatus sebagai hutan produksi. Kerusakan hanya sekitar 2% setelah adanya penunjukan suaka margasatwa. Kawasan SM. Padang Sugihan merupakan habitat alami gajah maka didalamnya didirikan Pusat Latihan Gajah yang lokasinya dapat dijadikan ekowisata. 
Pemandangan Alam Yang Begitu Indah

Terkadang Perahu Yang Saya Tumpangi Mogok, Dan Perahu Lain Akan Saling Membantu
 Untuk saat ini daerah Banyuasin bukanlah tempat pariwisata. Hampir sebagian orang yang datang atau melalui tempat ini adalah penduduk setempat atau orang yang datang ke hutan produksi untuk bekerja seperti halnya saya.  Jika saja pemerintah daerah mengembangkan wisata untuk menyusuri sungai musi hingga pedalaman banyuasin melalui ekowisata, rasanya akan membantu mengembangkan perekonomian perkampungan kecil yang ada disepanjang tepian sungai Musi serta membantu dalam usaha untuk menjaga kelestarian hayati dihutan ini.
Dengan Ekowisata dapat membangun kesadaran masyarakat dan para pengujung yang datang untuk lebih mencintai alam dari pada menghalalkan pembalakan liar maupun resmi oleh perusahaan besar untuk membuka lahan menjadi hutan produksi yang terus menggerus jumlah satwa liar yang hidup dialam bebas.

Follow my instagram & twitter account : @travelographers

Baca artikel lain terkait mengenai Banyuasin, Sungai Musi dan Sumatera Selatan :

1 comment:

  1. koq ya gw yg lahir dan besar di palembang gak tau tempat ini.
    sedih :(

    ReplyDelete