Alun-Alun Kota Malang |
“Dulu rumah saya yang warna putih itu!” jari
telunjuknya tampak sedikit gemetar sembari menunjuk kesebuah rumah yang sudah
hancur akibat Lumpur Lapindo Brantas. Senyumnya cukup getir dengan pandangan
mata yang nanar dan kosong ketika menatap rumah yang berdiri dengan atap yang
tampak reyot itu, temboknya sudah mulai hancur dengan lantai yang diselimuti
debu jalanan.
Pak Tikno
namanya, beliau adalah orang yang mengantarkan kami dari Kota Surabaya menuju
Kota Malang dengan jarak kurang lebih sembilan puluh kilometer untuk mencapai
kota apel ini. Jalur yang kami lewati yaitu melalui Porong Sidoarjo jalur yang
cukup terik dan gersang yang menjadi
saksi bisu tragedi Lapindo Brantas.
Beliau
berkisah dikarenakan rumahnya dipinggir jalan sehingga belum diganti rugi, yang
diganti hanyalah bangunan tertutup lumpur yang berada didalam tanggul besar
yang dibangun menjulang tinggi lebih dari 5 meter dari gundukan tanah. Ironis!, sebuah tragedi karena kelalaian
manusia yang dipolitisasi menjadi sebuah bencana alam.
Sepanjang
perjalanan itu, beliau menceritakan akan banyak hal kenangan masa kecil yang
hilang tertimbun luapan lumpur. Tak ada lagi lingkungan rumah yang dapat
dikunjungi untuk bernostalgia tempat bermain saat masa kanak-kanak, tak tampak
lagi bangunan sekolah tempat mengenyam pendidikan, tak tampak lagi makam
keluarga untuk didoakan. Semuanya telah rata dengan Lumpur panas yang
meluap-luap penuh gas yang berbahaya.
Belum lagi
dampak psikologis yang dialami oleh ribuan kepala keluarga lainnya yang harus
luntang-lantung mencari atap baru agar sanak
family nya dapat berteduh dari teriknya matahari dan dinginnya udara malam.
Terus berkoar dan berteriak menuntut keadilan akan hak yang telah dirampas oleh
kalangan tertentu. Ada banyak hal yang tidak bisa dibeli atau diganti dengan
uang, kenangan yang tersimpan dari tempat tinggal merekalah yang priceless tak ternilai harganya.
Ketika menceritakan
kenangan dan keluh kesah tersebut, matanya tampak berkaca-kaca merenungi apa
yang telah terjadi ditanah kelahirannya, tanah tempat ia dibesarkan hingga
memiliki keluarga. Semuanya telah sirna tinggal kenangan di memory karena semua tempat itu telah
hilang. Kamipun hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan cerita tersebut
membuka mata kami, melihat tragedy ini lebih dekat dari sisi kemanusiaan yang
selama ini kami hanya melihat dari televisi kini langsung kami dengarkan dari
salah satu yang mengalaminya. Dalam hati ini begitu bergejolak untuk mengumpat
pemerintah karena bagaimanapun juga kami jadi ikut merasakan kisahnya.
Sungguh tak
terasa, sepanjang perjalanan kami bercerita hingga tiba di kota Malang yang
ditempuh selama 2 jam. Ada banyak hal untuk direnungi serta untuk disyukuri
setelah mendengarkan ceritanya. Percakapanpun kami sudahi dulu dan memutuskan
untuk berefreshing menghilangkan penat dan keluh kesah tersebut. Adalah
Alun-alun kota Malang yang menjadi tempat untuk bersantai kami, disini
merupakan pusat keramaian tempat berkumpulnya penduduk setempat untuk
bersosialisasi diruang terbuka hijau.
Suasana Alun-alun Kota Malang dan Penjual Tahu Petis
Pada alun-alun
kota Malang terdapat sebuah kolam air mancur yang terletak ditengah-tengah. Dihadapannya
tampak Masjid Jami Kota Malang yang merupakan salah satu landmark kota ini. Ratusan
burung dara dibiarkan hidup bebas ditempat ini yang merupakan salah satu rumah
yang nyaman bagi mereka. Setiap pengungjung yang datang ke tempat ini dapat
memberikan makan keburung tersebut yang pakan nya berupa jagung kering dijual
oleh beberapa pedagang disekitar alun-alun.
Jika
diperhatikan hampir semua kota di Indonesia memiliki alun-alun kota sendiri,
untuk luasnya tergantung dari besarnya kota tersebut. Disini selain diramaikan
oleh penduduk setempat juga terdapat beberapa pedagang yang mengais rezeki
ditempat ini. Begitu juga halnya dengan penjual mainan anak serta pertunjukan
khas topeng monyet yang senantiasa menghibur setiap anak yang datang ketempat
ini. Tampak beberapa pohon besar dan
rindang yang menghijaukan tempat ini, dengan adanya kursi taman membuat tempat ini
asik untuk bersantai.
“Datang ke Jawa Timur ga lengkap kalau belum
mencoba tahu petis ini” Ucap pak Tikno sambil memesan satu porsi. Kamipun juga
ikut memesan makanan tersebut untuk dapat mencicipi setiap makanan khas pada
setiap daerah yang kami kunjungi. Dari raut wajah pak Tikno begitu senang
ketika menyantap tahu tersebut, karena ini merupakan salah satu menu favoritnya
yang beliau suka sejak kecil. Suasana hati kamipun langsung bahagia melihat
ekspresinya, semua emosi telah lebur menjadi kebahagiaan di kota Malang ini. Bahagia itu sederhana kan?
Telah Terbit Buku Karya Saya Yang Berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. |
Telah terbit buku karya saya yang berjudul Overland, Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Penasaran bagaimana Trilogy buku ini? Baca Sinopsis lengkapnya disini : Buku Trilogy Overland - Dari Negeri Singa ke Daratan Cina. Sebuah memoar perjalanan jalur darat melintasi perbatasan 13 negara Asia Tenggara dan Daratan Cina.
Untuk teman-teman yang mau order atau tanya informasi detailnya boleh direct whatsapp ya +6287887874709. Bisa juga DM Instagram @travelographers, beli di website Leutikaprio atau di link marketplace ini ya.
* Tokopedia
* Shopee
* Bukalapak
Follow me on twitter :
@travelographers
saya dari malang bang !! di blog saya banyak liputan tentang backpacker di malang yg barusan saya ulas. monggo mampir jika berkenan terimakasih :) - ceritabackpacker.blogspot.com
ReplyDeletewah mantab.. salam cak malang..
Deleteah rindu sekali dengan suasana kota malang yang bersahaja dan tenang :)
sip nanti mampir juga ke blognya, terima kasih sudah berkunjung :)
Sampe sekarang belum kesampaian untuk ke Malang. Cuma pernah ke Lawang dan Batu, tapi Malang malah belum tersentuh :/
ReplyDeletesemoga di destinasi berikutnya kota malang bisa tersentuh ya.. banyak makanan enak loh disana, cocok untuk berburu kuliner yang lezat :D
DeleteSoal Lapindo, banyak teman saya yang kehilangan rumahnya. Maka tak heran Aburizal di mata warga sekitar tanggul menyebutnya Abu Dajjal. Ekstrim, tapi saya yang juga tinggal di Sidoarjo (Waru), bisa merasakan emosi tersebut.
ReplyDeleteAlun2 kota Malang sekarang sedang direnovasi, semoga semakin cantik :)
iya rifqi, sedih banget ya.
Deleteiya, saya juga sudah lihat foto" terbaru alun-alun kota malang yang sudah di renovasi. jadi pengen balik lagi kesana khususnya untuk kulineran. hehehe
"Rekomendasi wisata kuliner yang unik di kota Batu Malang :
ReplyDelete• Steak & Sate Kelinci
• Jagung & Pisang Bakar
• Aneka sambal & masakan tradisional khas Jawa lainnya.
Rasanya extra kuat, tapi harganya relatif murah.
Suasananya santai & romantis, cocok untuk nongkrong atau sekedar refreshing bersama keluarga. Berlokasi tepat diantara Jatim Park & Museum Angkut.
Warung Khas Batu
Jalan Sultan Agung 29, Batu, Jawa Timur 65314 (Jatim Park 1 - Museum Angkut)
Tel / Fax : +62 341 592955
HP/SMS/Whatsapp: +6285707585899
BBM : 7D8DEB8C
www.TheBatuVillas.com/WarungKhasBatu
www.Facebook.com/WarungKhasBatu
NB : blogger / pengulas / reviewer / tour guide kami undang test food GRATIS !"
terima kasih untuk undangannya. semoga nanti ada kesempatan ke malang jadi bisa mampir hehhe
Delete