Pages

Tuesday, January 22, 2013

Bersahabat dengan Culture Shock di Negeri Seberang!



Stasiun Kereta Api Beijing Central - China

Jika berbicara mengenai traveling tentunya akan menemukan hal-hal yang baru ditempat yang kita kunjungi, ada beberapa hal yang masih dapat kita toleransi ada pula hal yang dapat membuat kita shock mengenai perbedaan tersebut. Setiap orang memiliki daya adaptasi akan lingkungan baru yang berbeda-beda, tergantung dari latar belakang hidupnya serta pengalamannya dalam hal ini bersahabat dengan lingkungan baru.

Dari pengalamanku, ada beberapa hal yang umumnya menjadi culture shock diantaranya:
           
     1. Makanan  
Dengan beragamnya jenis kuliner di negara kita tentunya ada kebiasaan dan makanan favorit untuk disantap, ada yang daerahnya khas dengan santan, ada yang khas pedas, ada yang khas manis dan keberagaman lainnya yang dimiliki kuliner Indonesia. Walaupun demikian umumnya orang Indonesia makanan wajibnya tetap ada nasinya sehingga masih bisa dinikmati dan mengenyangkan.
 Tetapi ketika kita kenegara lain yang jenis makanannya berbeda tentunya untuk beberapa orang bisa saja menjadi sebuah masalah. Selain faktor nasi yang Indonesia banget :p, contoh yang berbeda diantaranya yaitu kecap, ditempat kita kecap umumnya terdiri dari dua jenis ada yang manis dan asin, jika dinegara lain tak semuanya ada yang namanya kecap ya kecap asin yang cair.
Jika kamu sedang makan menu yang berkuah dan suka pedas, jangan terlalu berharap bisa menemukan sambal cabe yang nikmat diulek atau dengan berbagai cita rasa, karena pada umumnya dinegara lain yang namanya sambal berupa bubuk cabe yang sudah dikeringkan. Begitu juga halnya dengan sambal untuk lalapan, sangat sulit menemukan sambal bajak yang nikmat.

Tuesday, January 15, 2013

Adventure in the Java Rhinocerous Home, Ujung Kulon National Park

Badul island, Ujung Kulon - Photo by: ika.s

Ujung Kulon National Park was declared as World Natural Heritage Site in 1991 by UNESCO, which is this area was protected and preserved. The condition is still relatively natural to make every visitor who comes here will leave an unforgettable experience that hard to find in elsewhere. Biodiversity is protected in this National Parks include marine ecosystems, coastal and terrestrial ecosystems that are part of the ecosystem in the widest tropical rain forest in West Java, Indonesia. In the National Park is home for hundreds of animals and plants are protected in particular to maintain the viability of Javan Rhinoceros and Buffalo that has been declared faces critically endangered because the population continues to decrease.
Besides Javan Rhinocerous and Buffalo there are many other animals in their natural habitat of this national park include the Timor deer scattered in Ujung Kulon National Park, Peucang Island, Panaitan Island and Handeleum Island. Set up a tent and feel coexist with nature and wild animals has become an unforgettable experience while you here, especially when staying overnight on the Handeleum island.
 The Resident near Ujung Kulon National Park is from the tribe of Banten around Sumur, Cibiuk and Taman Jaya, which is as a gateway to the National Park. In this place there is an information center, guest house, hot springs and a dock for boat / fishing boat and visitors who want to visit National Park is depart from this point.

Sepenggal Kisah dalam Perjalanan ke Kota Malang

Alun-Alun Kota Malang
“Dulu rumah saya yang warna putih itu!” jari telunjuknya tampak sedikit gemetar sembari menunjuk kesebuah rumah yang sudah hancur akibat Lumpur Lapindo Brantas. Senyumnya cukup getir dengan pandangan mata yang nanar dan kosong ketika menatap rumah yang berdiri dengan atap yang tampak reyot itu, temboknya sudah mulai hancur dengan lantai yang diselimuti debu jalanan.
Pak Tikno namanya, beliau adalah orang yang mengantarkan kami dari Kota Surabaya menuju Kota Malang dengan jarak kurang lebih sembilan puluh kilometer untuk mencapai kota apel ini. Jalur yang kami lewati yaitu melalui Porong Sidoarjo jalur yang cukup terik  dan gersang yang menjadi saksi bisu tragedi Lapindo Brantas.
Beliau berkisah dikarenakan rumahnya dipinggir jalan sehingga belum diganti rugi, yang diganti hanyalah bangunan tertutup lumpur yang berada didalam tanggul besar yang dibangun menjulang tinggi lebih dari 5 meter dari gundukan tanah. Ironis!, sebuah tragedi karena kelalaian manusia yang dipolitisasi menjadi sebuah bencana alam.

Gemerlap Warna-warni lampu di Batu Night Spectaculer

Lampion Garden - BNS, Malang
Priit Prit…. Dari kejauhan terdengar suara peluit yang ditiup untuk menarik perhatian kami yang baru datang. Tampak sinar lampu senter yang mengarah kekami untuk menunjukan arah ketempat parkir yang pada malam itu cukup padat dipenuhi pengunjung. Sosok lelaki paruh baya yang memegang lampu senter dan meniup peluit itu menghampiri kami untuk menujukan arahnya. Dari perawakannya usianya dapat kukatakan sekitar 40 tahun, beliau mengenakan jaket tipis serta penutup kepala untuk menghadang dinginnya udara di kota ini.
Yupp.. bagi kamipun udara di Kota Batu Malang memang begitu dingin hingga terasa menusuk tulang, apalagi ditambah cuacanya ketika kami datang sedang musim penghujan. Bumi saja masih tampak basah dari sisa hujan yang turun membasahi sore tadi.. Brrrr… Benar-benar terasa menggigil rasanya. Sebenarnya cuaca di Malang yang seperti ini memang paling nikmat untuk istirahat dan bersantai, tetapi sayang juga ketika sudah di kota ini tidak mengunjungi salah satu wahana liburan yang spektakuler di malam hari yaitu Batu Night Spectacular atau yang dikenal dengan nama BNS. Ini tentunya bisa menambah pengalaman indah kami di kota ini selain mengunjungi Pulau Sempu.
Dari tempat parkir yang berada diluar, sudah tampak tulisan BNS berwarna hijau, kuning dan merah yang menunjukan lokasi pintu utama untuk masuk ke wahana hiburan ini. Woohooo,,, perasaan ini sudah begitu exicted untuk bisa melihat secara langsung tempat yang direkomendasikan banyak orang ketika sedang berada dikota ini.