Pages

Tuesday, August 28, 2012

Tradisi Menghiasi Langit Kota Kebumen dengan Lampion Terbang


Negara Indonesia yang memiliki 33 provinsi yang didalamnya terdapat ratusan suku memiliki keragaman budaya dan tradisi yang unik dan perlu dilestarikan keberadaannya. Keragaman tradisi itu tak hanya dapat dilihat di event tertentu melainkan bisa juga dalam kehidupan keseharian yang berlangsung.
Salah satu tradisi dalam suatu daerah dapat dilihat ketika dalam suasana menyambut bulan ramadhan yang sedang berlangsung atau dihari kemenangan Idul Fitri yang juga dikenal dengan nama Lebaran. Salah satunya di Kebumen terdapat tradisi petasan teko dan lampion terbang yang hingga kini masih dilestarikan keberadaannya.
Untuk tradisi petasan teko umumnya petasan ini dibuat sendiri dengan kertas bekas yang digulung dengan padat, kemudian diberi mercon dan sumbu agar menjadi petasan yang memiliki daya ledakan yang besar. Tak heran setiap harinya disepanjang jalan di kota Kebumen banyak terhampar puing-puing sobekan kertas bekas ledakan petasan yang salah satunya diledakan sebagai pertanda sudah tiba adzan magrib.


Tradisi lain yang sampai saat ini masih terjaga yaitu menerbangkan lampion/ balon terbang yang dibuat sendiri secara gotong-royong oleh penduduk setempat. Bahannya adalah kertas yang dibentuk menyerupai balon udara raksasa yang dibagian bawahnya dipasang bambu untuk penompang bandul api sebagai bahan bakar agar balon tetap terbang.
Umumnya Lampion diterbangkan menjelang malam hari sehingga ketika malam tiba terkadang kita dapat melihat puluhan lampion terbang bersinar tarang memancarkan cahayanya dan menghiasi langit kota Kebumen dengan cantiknya. Tradisi ini juga dilakukan dibeberapa kota disekitar Kebumen salah satunya juga ada di kota Garut.
Proses penerbangannya yaitu menunggu disaat keadaan kecepatan angin terlihat stabil dengan cuaca yang cerah. Lampion terbang tersebut dilebarkan hingga keujung secara utuh sebelum diasapi sehingga balon akan mengembang. Beberapa orang akan saling bahu-membahu memegang bagian bawah yang terbuat dari bambu sebagai penopang kemudian beberapa orang lainnya akan mengasapi dengan bakaran daun kelapa kering sehingga balon akan mengembang dengan bentuk sempurna.

 

Dipasang juga pada bungkusan plastik yang diikat dengan tali pada bagian bawah lampion tersebut yang berisi uang dimana nantinya akan jatuh dengan sendirinya dikarenakan tali yang mengikat plastik tersebut sengaja mudah terputus terkena panas dari bandul api tersebut. Ketika plastik yang berisi uang tersebut jatuh beberapa orang akan mengejar bungkusan tersebut. Bukan dikarenakan mengharapkan isinya saja tetapi ini sudah menjadi bagian dari tradisi itu sendiri.
Setelah lampion tersebut mengembang kemudian dipasang bandul yang telah direndam minyak pada bagian tengah sebagai bahan bakar agar Lampion tersebut dalam terbang dalam jangka waktu yang lama hingga terbang menjulang tinggi ke langit. Apabila cuaca sedang bagus balon akan tetap terbang sampai api pada bandul tersebut mati dengan sendirinya karena kehabisan minyak yang bahkan hingga pagi hari kita masih dapat melihat puluhan balon masih terbang diangkasa. tetapi apabila cuacanya sedang kurang baik bisa saja lampion tersebut menjadi terbakar habis diangkasa atau jatuh ke bumi.
Apabila Lampion tersebut terbakar maka setiap penduduk setempat yang melihatnya akan segera mengejar untuk mengetahui titik jatuh lampion tersebut, hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran yang diakibatkan api dari lampion tersebut mengingat bangunan rumah yang ada di desa-desa kebumen masih didominasi bahan bangunan yang mudah terbakar.

Dari tahun ke tahun lampion yang menghiasi langit kota Kebumen berangsur-angsur mulai terlihat lebih sedikit tak sebanyak puluhan tahun yang lalu. Tentunya tak hanya dari elemen masyarakat setempat saja yang dapat melestarikan tradisi tersebut, rasanya apabila dibantu peran dinas pawisata dan kebudayaan setempat dapat membantu terlestarinya tradisi menerbangkan lampion ini agar setiap tahunnya langit kota Kebumen tetap bersinar dihiasi lampion-lampion yang terbang.

Follow me on twitter : @travelographers

4 comments:

  1. wahhh mirip penerbangan lampion di borobudur setiap waisak yah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini lebih besar bro agus.. dulunya ga sebesar ini. pengen disebut balon terbang tapi krn bahannya dr kertas ya masih lbh cocok disebut lampion. Dan dari dulunya masyarakat setempat bilangnya ini lampion :)

      Delete
  2. wah itu di adain di hari tertentu aja iia om :)
    artikelnya bagus om
    tantangan kreatif blogger Simak Tantangan Kreatif Blogger Berhadiah Mingguan & Grandprize Android

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, biasanya lampion terbang paling banyak diterbangkan untuk menyambut bulan ramadhan dan idul fitri.. atau bisa jg saat ada acara festival kebudayaan dan pariwisata Kota Kebumen atau Provinsi Jawa Tengah.

      Delete