Negara
Indonesia yang memiliki 33 provinsi yang didalamnya terdapat ratusan suku
memiliki keragaman budaya dan tradisi yang unik dan perlu dilestarikan
keberadaannya. Keragaman tradisi itu tak hanya dapat dilihat di event tertentu melainkan bisa juga dalam
kehidupan keseharian yang berlangsung.
Salah satu
tradisi dalam suatu daerah dapat dilihat ketika dalam suasana menyambut bulan
ramadhan yang sedang berlangsung atau dihari kemenangan Idul Fitri yang juga dikenal
dengan nama Lebaran. Salah satunya di Kebumen terdapat tradisi petasan teko dan lampion
terbang yang hingga kini masih dilestarikan keberadaannya.
Untuk tradisi
petasan teko umumnya petasan ini dibuat sendiri dengan kertas bekas yang
digulung dengan padat, kemudian diberi mercon dan sumbu agar menjadi petasan
yang memiliki daya ledakan yang besar. Tak heran setiap harinya disepanjang jalan
di kota Kebumen banyak terhampar puing-puing sobekan kertas bekas ledakan
petasan yang salah satunya diledakan sebagai pertanda sudah tiba adzan magrib.
Tradisi lain
yang sampai saat ini masih terjaga yaitu menerbangkan lampion/ balon terbang
yang dibuat sendiri secara gotong-royong oleh penduduk setempat. Bahannya
adalah kertas yang dibentuk menyerupai balon udara raksasa yang dibagian
bawahnya dipasang bambu untuk penompang bandul api sebagai bahan bakar agar
balon tetap terbang.
Umumnya Lampion
diterbangkan menjelang malam hari sehingga ketika malam tiba terkadang kita
dapat melihat puluhan lampion terbang bersinar tarang memancarkan cahayanya dan
menghiasi langit kota Kebumen dengan cantiknya. Tradisi ini juga dilakukan
dibeberapa kota disekitar Kebumen salah satunya juga ada di kota Garut.
Proses
penerbangannya yaitu menunggu disaat keadaan kecepatan angin terlihat stabil
dengan cuaca yang cerah. Lampion terbang tersebut dilebarkan hingga keujung
secara utuh sebelum diasapi sehingga balon akan mengembang. Beberapa orang akan
saling bahu-membahu memegang bagian bawah yang terbuat dari bambu sebagai
penopang kemudian beberapa orang lainnya akan mengasapi dengan bakaran daun
kelapa kering sehingga balon akan mengembang dengan bentuk sempurna.
Dipasang juga
pada bungkusan plastik yang diikat dengan tali pada bagian bawah lampion
tersebut yang berisi uang dimana nantinya akan jatuh dengan sendirinya
dikarenakan tali yang mengikat plastik tersebut sengaja mudah terputus terkena
panas dari bandul api tersebut. Ketika plastik yang berisi uang tersebut jatuh
beberapa orang akan mengejar bungkusan tersebut. Bukan dikarenakan mengharapkan
isinya saja tetapi ini sudah menjadi bagian dari tradisi itu sendiri.
Setelah lampion
tersebut mengembang kemudian dipasang bandul yang telah direndam minyak pada
bagian tengah sebagai bahan bakar agar Lampion tersebut dalam terbang dalam jangka
waktu yang lama hingga terbang menjulang tinggi ke langit. Apabila cuaca sedang
bagus balon akan tetap terbang sampai api pada bandul tersebut mati dengan
sendirinya karena kehabisan minyak yang bahkan hingga pagi hari kita masih
dapat melihat puluhan balon masih terbang diangkasa. tetapi apabila cuacanya
sedang kurang baik bisa saja lampion tersebut menjadi terbakar habis diangkasa
atau jatuh ke bumi.
Apabila
Lampion tersebut terbakar maka setiap penduduk setempat yang melihatnya akan
segera mengejar untuk mengetahui titik jatuh lampion tersebut, hal ini
dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran yang diakibatkan api dari lampion
tersebut mengingat bangunan rumah yang ada di desa-desa kebumen masih
didominasi bahan bangunan yang mudah terbakar.
Dari tahun ke
tahun lampion yang menghiasi langit kota Kebumen berangsur-angsur mulai
terlihat lebih sedikit tak sebanyak puluhan tahun yang lalu. Tentunya tak hanya
dari elemen masyarakat setempat saja yang dapat melestarikan tradisi tersebut,
rasanya apabila dibantu peran dinas pawisata dan kebudayaan setempat dapat
membantu terlestarinya tradisi menerbangkan lampion ini agar setiap tahunnya
langit kota Kebumen tetap bersinar dihiasi lampion-lampion yang terbang.
Follow me on twitter : @travelographers
wahhh mirip penerbangan lampion di borobudur setiap waisak yah..
ReplyDeleteini lebih besar bro agus.. dulunya ga sebesar ini. pengen disebut balon terbang tapi krn bahannya dr kertas ya masih lbh cocok disebut lampion. Dan dari dulunya masyarakat setempat bilangnya ini lampion :)
Deletewah itu di adain di hari tertentu aja iia om :)
ReplyDeleteartikelnya bagus om
tantangan kreatif blogger Simak Tantangan Kreatif Blogger Berhadiah Mingguan & Grandprize Android
iya, biasanya lampion terbang paling banyak diterbangkan untuk menyambut bulan ramadhan dan idul fitri.. atau bisa jg saat ada acara festival kebudayaan dan pariwisata Kota Kebumen atau Provinsi Jawa Tengah.
Delete