Perkampungan Baduy Luar |
Kearifan
masyarakat pedalaman suku baduy yang tinggal dikaki gunung Halimun Salak dalam
mengelola dan hidup berdampingan dengan alam patut kita teladani. Kelompok masyarakat
adat ini masih mempertahankan adat leluhurnya ditengah kehidupan dengan
pembangunan dan gaya hidup yang modern.
Perkampungan
Suku Baduy yang terdiri dari Baduy Dalam dan Baduy Luar terdapat kurang lebih
57 kampung. Di mana suku Baduy Dalam terdiri dari tiga Kampung yaitu Cibeo,
Cikatawarna, dan Cikeusik dan selebihnya adalah suku Baduy Luar. Keduanya
dibawahi oleh tujuh Jaro (kepala adat). Khusus untuk suku Baduy Dalam, selain
Jaro atau kepala adat, ada juga seorang Pu’un atau orang yang dianggap sakral
oleh masyarakat Baduy Dalam yaitu golongan orang suci dari keturunan suci dan
memiliki kebiasaan dan hati yang bersih.
Kedudukan
Pu’un sangat penting, yaitu sosok pemimpin yang memberikan sanksi adat bagi
yang melanggar, memiliki kemampuan pengobatan, mengetahui dan menentukan masa
tanam dan masa panen serta menentukan waktu puasa bagi orang Baduy Dalam yang
dikenal dengan istilah Kawalun. Pada musim kawulun, suku Baduy Dalam tidak
menerima tamu dari luar, kawulun umumnya dilakukan pada bulan Februari sampai
dengan April setiap tahunnya selama 3 bulan.
Dalam
kepercayaan mereka dan ajaran leluhur suku Baduy yang mewajibkan setiap
keturunannya untuk hidup dalam kesederhanaan dan selaras dengan alam untuk
keseimbangan alam semesta. Oleh karena itu secara turun temurun masyarakat suku
baduy sangat menjaga ajaran tersebut dengan menjaga kelestarian alam dan
lingkungan sekitar.
Hidup Harmonis Bersama Alam
Keharmonisan
dengan alam terlihat dari kehidupan keseharian masyarakat suku baduy yang tidak
menggunakan bahan kimia, hal ini terlihat mulai dari membersihkan diri atau
mandi yang mereka lakukan di sungai yang mengalir disekitar tempat tinggal suku
Baduy. Dengan kearifan menjaga alam dengan baik, sungai ini tampak bersih
dengan air yang jernih mengalir sepanjang sungai yang tentunya digunakan juga
untuk keperluan sehari-hari.
Rumah
masyarakat adat suku Baduy memiliki ciri khas yaitu hanya memiliki satu pintu
dibagian depan dengan memiliki jarak yang cukup antar satu rumah dengan rumah
lainnya. Dimana dalam setiap prosesi pembangunan rumah baru selalu diawali dengan
upacara adat yang melibatkan tokoh pempimpin setempat yang dihormati serta
seluruh elemen masyarakat suku Baduy. Untuk pengerjaan rumahnya, akan dilakukan
secara gotong royong oleh warga setempat untuk saling membantu sehingga dapat
mempercepat proses pembangunannya.
Rumah Tradisional di Kampung Baduy
Desain rumahnya berbentuk panggung yang terbuat dari bahan-bahan yang sangat mudah diurai oleh tanah yang semuanya berasal dari alam diantaranya berdinding bilik bambu, beratap dari ijuk dan daun pohon kelapa dengan rangka rumah dari kayu alam diantaranya kayu Jati, kayu pohon kelapa dan kayu albasiah. Dari rangka kayu tersebut dikaitkan dengan pasak yang juga terbuat dari kayu.
Rumah Tradisional di Kampung Baduy
Kedamaian
begitu terasa ketika menikmati malam hari dari salah satu rumah diperkampungan
adat suku Baduy ini, dimana disemua rumah orang Baduy Dalam tanpa dilengkapi
listrik (dan tentunya berbagai jenis alat elektronik) sehingga suasananya
begitu gelap hanya sinar lampu petromaks kecil yang menerangi. Dengan
Lingkungan pegunungan Halimun Salak yang masih asri, langit pun terlihat begitu
bersih sehingga dapat menikmati ribuan bintang diangkasa atau cahaya bulan yang
bersinar menghiasi dan menerangi malam yang sunyi dan sepi.
Rumah Tradisional di Kampung Baduy
Untuk membedakan suku Baduy Dalam dan
Baduy Luar dapat dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, yaitu untuk laki
laki dari suku Baduy Dalam menggunakan warna ikat kepala warna putih sedangkan
Baduy Luar menggunakan Warna Hitam, sedangkan untuk perempuannya mengenakan
pakaian lengan panjang dengan kain rok berbentuk selendang sebatas mata kaki
dan ditambah dengan asesoris selendang kecil yang dikaitkan dileher.
Ketua adat
membuat ajaran dan peraturan yang akan ditaati oleh masyarakat adat Baduy,
begitu juga halnya untuk pengunjung atau tamu yang datang ke Baduy Dalam yang
tidak diperbolehkan mengambil gambar atau photo setelah memasuki kawasan Baduy
Dalam, pengambilan gambar hanya boleh dilakukan sebatas perkampungan Baduy
Luar. Begitu juga dengan penggunaan bahan kimia dan alat elektronik yang juga
merupakan salah satu pantangan untuk digunakan disini. Sebagai tamu yang menghormati
adat istiadat setempat, tentunya setiap orang yang berkunjung harus dengan
bijak dan dengan kesadaran diri sendiri untuk tidak melanggar pantangan
tersebut.
Untuk
mencapai tempat ini anda tidak perlu berjalan kaki tanpa alas kaki dari kota
asal seperti yang dilakukan Suku Baduy Dalam :D, Transportasi yang dapat
digunakan yaitu Bus Umum atau kereta diesel dari Tanah Abang, Jakarta menuju
Rangkasbitung, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan ELF menuju Terminal
Ciboleger yang merupakan pintu masuk menuju perkampungan adat suku Baduy. Atau
justru anda tertantang untuk berjalan kaki dari kota masing-masing untuk lebih
mendalami filosofi dan ajaran leluhur suku Baduy Dalam? Rasanya bukan hal yang
mustahil untuk dilakukan. :)
Akses Transportasi Menuju Baduy dengan Kereta Api menuju Rangkas Bitung |
Akses Transportasi Menuju Baduy Dengan Bus Menuju Ciboleger
No comments:
Post a Comment