Salah Satu Gajah Yang Ada di Penangkaran di Banyuasin, Sumatera Selatan |
Dengan semakin maraknya pembalakan hutan yang terus menggerus keberadaan
hutan hujan di Sumatera berpengaruh secara langsung terhadap habitat dan
ekosistem yang berada didalamnya. Pembalakan secara liar maupun resmi yang
dilakukan baik oleh masyarakat setempat untuk membuka lahan pertanian dan
perkebunan maupun perusahaan besar dalam membuka lahan untuk hutan produksi
sebagai bahan baku pembuatan kertas merupakan salah satu faktor tersebut.
Salah satu dampaknya dengan dibukanya lahan perkebunan dan hutan
produksi yaitu berbagai jenis flora dan fauna mulai terusik salah satunya yaitu
kawanan gajah liar yang tinggal dihutan tersebut. Dengan berubahnya fungsi
hutan menjadi perkebunan tentunya ada pergeseran pandangan masyarakat mengenai
keberadaan binatang liar tersebut yang lebih menganggap binatang tersebut
sebagai hama yang merusak lahan perkebunan mereka atau dianggap sebagai mahluk
yang membahayakan manusia sehingga dihalalkan untuk dimusnahkan dari bumi
mereka.
Rasanya sebagian orang sudah mulai lupa bahwa sesungguhnya
binatang-binatang liar tersebutlah “penduduk “asli” yang telah tinggal dihutan
itu sebelum kedatangan oknum manusia-manusia yang membuka lahan untuk
kepentingan bisnis semata tanpa menghiraukan keseimbangan alam. Dari
pengamatanku beberapa hewan liar seperti buaya muara yang tertangkap akan
dikandangkan, sedangkan untuk gajah liar akan dimasukan dalam penangkaran
gajah.
Pembukaan Lahan Untuk Pembibitan dan Perkebunan Mengancam Keterlangsungan Ekosistem |
Gajah yang Sedang Mencari Makan ditepi Sungai
Salah satu penangkaran gajah yang dibangun sebagai salah satu bagian
pelestarian binatang liar disana yaitu Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sebokor
Banyuasin yang dikelola oleh Balai KSDA Sumatera Selatan. Dilansir dari Balai
KSDA Sumatera Selatan www.bksdasumsel.com Suaka margasatwa Padang Sugihan Sebokor Banyuasin terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten
Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Untuk mencapai SM.
Padang Sugihan dari kota Palembang dapat dilalui dengan 2 cara yaitu lewat
sungai dan jalan darat. Lewat sungai dengan kendaraan speed boat
menuju desa terdekat Sebokor dengan rute jembatan Ampera, Sungai Musi, saluran
primer dari Desa Cinta Manis dan Desa Sebokor dengan waktu kurang lebih 1,5
jam, atau memutar melalui sungai Padang Sampai di Jalur 21, namun relatif
panjang kurang lebih 2 jam.
Sedangkan
jalan darat dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam dengan rute Palembang,
Plaju, Cinta Manis dan Sebokor. Kawasan SM. Padang Sugihan ditunjuk menjadi
suaka margasatwa berdasarkan SK Menteri Kehutanan dengan luas 86.932 Ha. Secara
umum merupakan ekosistem lahan basah atau rawa pasang surut karena genangan
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Dari Sungai ini Kita Dapat Melihat Sekawanan Gajah Yang Rutin Mencari Makan |
Potensi fauna yang di Padang
Sugihan Sebokor Banyuasin selain gajah diantaranya terdapat rusa, babi
hutan. Selain itu terdapat beruk, lutung, kera ekor panjang, trenggiling,
tapir, kijang, bajing tanah, buaya muara, biawak, serta berbagai jenis burung
dan ikan. Flora yang mendominasi di SM Padang Sugihan adalah gelam. Jenis lain
yang masih bisa ditemukan antara lain pulai, ficus sp, mahang, dillenia sp,
pandan laut, paku laut, pakis gambut, pales, rengas, sungkai, waru laut,
rotan udang, laban, laban rawa.
Kondisi SM Padang Sugihan telah mengalami suksesi
akibat kerusakan yang terjadi sebelum ditunjuk menjadi suakamargasatwa yang
sebelumnya berstatus sebagai hutan produksi. Kerusakan hanya sekitar 2% setelah
adanya penunjukan suaka margasatwa. Kawasan SM. Padang
Sugihan merupakan habitat alami gajah maka didalamnya didirikan Pusat Latihan
Gajah yang lokasinya dapat dijadikan ekowisata.
Pemandangan Alam Yang Begitu Indah |
Terkadang Perahu Yang Saya Tumpangi Mogok, Dan Perahu Lain Akan Saling Membantu |
Untuk saat ini daerah Banyuasin bukanlah tempat pariwisata. Hampir
sebagian orang yang datang atau melalui tempat ini adalah penduduk setempat
atau orang yang datang ke hutan produksi untuk bekerja seperti halnya
saya. Jika saja pemerintah daerah
mengembangkan wisata untuk menyusuri sungai musi hingga pedalaman banyuasin
melalui ekowisata, rasanya akan membantu mengembangkan perekonomian
perkampungan kecil yang ada disepanjang tepian sungai Musi serta membantu dalam
usaha untuk menjaga kelestarian hayati dihutan ini.
Dengan Ekowisata dapat membangun kesadaran masyarakat dan para pengujung
yang datang untuk lebih mencintai alam dari pada menghalalkan pembalakan liar
maupun resmi oleh perusahaan besar untuk membuka lahan menjadi hutan produksi
yang terus menggerus jumlah satwa liar yang hidup dialam bebas.
Follow my instagram & twitter
account : @travelographers
Baca artikel lain terkait mengenai Banyuasin,
Sungai Musi dan Sumatera Selatan :
koq ya gw yg lahir dan besar di palembang gak tau tempat ini.
ReplyDeletesedih :(